KOMPAS.com – Azan maghrib menjadi hal yang dinanti umat Islam setiap hari saat Ramadhan. Pasalnya, momen tersebut menandakan kewajiban menjalankan ibadah puasa pada hari itu telah selesai.
Biasanya, gorengan dan es campur dipilih sebagai menu buka puasa. Namun, mengingat #DiIndonesiaAja begitu kaya akan kuliner, tak ada salahnya mengganti menu tersebut dengan sajian Nusantara lain. Misalnya, es pleret, loloh cemcem, ikan asem pedas, rabeg kambing, dan sei sapi.
Dengan cita rasa yang begitu khas dari penggunaan rempah dan bumbu asli Indonesia, seluruh hidangan itu bakal membuat momen buka puasa berbeda dari biasanya. Berikut Kompas.com rangkumkan resepnya dari berbagai sumber.
Baca juga: Apa Itu Es Pleret, Minuman Jadul dari Tepung Beras dan Sirup Frambos?
Ketika mengetikkan “rekomendasi kuliner di sekitar Candi Borobudur”, es pleret akan keluar sebagai salah satu hasilnya. Wajar saja jika internet merekomendasikan demikian. Pasalnya, minuman ini terbilang populer di sana. Tepatnya di Magelang, Jawa Tengah (Jateng).
Bukan tanpa alasan es pleret tersohor di daerah tersebut. Selain menyegarkan, minuman ini juga memiliki cita rasa unik, yakni manis dan gurih hasil perpaduan pleret, santan, serta sirup gula.
Dengan sensasi seperti itu, tak ada salahnya mencoba resep es pleret sebagai menu buka puasa di rumah. Mana tahu, kerinduanmu akan jalan-jalan ke kawasan Candi Borobudur juga bisa terobati.
Bahan pleret:
Bahan sirup:
Kuah santan:
Cara membuat:
Baca juga: Mengintip Pesona Desa Penglipuran di Bali, Desa Terbersih Ketiga di Dunia
Tubuh yang bugar menjadi salah satu kunci kelancaran menjalankan ibadah puasa saat Ramadhan. Hal ini bisa didapat dengan mengonsumsi asupan sehat, seperti loloh cemcem, sajian jamu khas Bali, tepatnya dari Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli.
Cemcem berasal dari kata kecemcem (Spondias pinnata) yang merupakan kedondong hutan. Tanaman ini tumbuh liar di Pulau Dewata. Hanya saja, bagian yang diolah menjadi jamu adalah daunnya.
Meski disebut jamu, loloh cemcem punya cita rasa berbeda dari jamu pada umumnya. Dalam satu tegukan, kamu akan merasakan asam, asin, manis, pedas, dan sedikit kecut. Kombinasi ini membuat loloh cemcem kerap disebut minuman “nano-nano”. Penasaran? Berikut resepnya.
Bahan:
Cara membuat:
Baca juga: 5 Spot Wisata dengan Pemandangan Luar Biasa di Bintan
Hidangan Nusantara selanjutnya yang cocok dijadikan sebagai menu berbuka adalah ikan asem pedas khas Bintan, Kepulauan Riau. Sesuai namanya, sajian ini memiliki cita rasa asam dan pedas sehingga terasa nikmat di lidah, apalagi jika disantap dengan nasi hangat.
Ikan yang digunakan pada pembuatan menu tersebut biasanya kakap atau ungar. Selain manis, tekstur daging kedua ikan tersebut juga lembut. Namun, pastikan ikan diolah dalam keadaan segar dan tidak perlu digoreng.
Bahan:
Cara membuat:
Baca juga: Serunya Bersepeda di Pantai Tanjung Lesung
4. Rabeg Kambing
Lihat postingan ini di Instagram
Rabeg kambing merupakan kuliner khas Banten. Jadi, ketika berlibur ke sana, misalnya di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, kamu akan direkomendasikan untuk mencicipi hidangan tersebut.
Secara visual, rabeg kambing mirip dengan tongseng. Hanya saja, sajian ini tidak menggunakan santan. Sementara dari segi rasa, hidangan tersebut didominasi manis, gurih, pedas, serta kaya akan rempah.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, rabeg telah menjadi menu istimewa sejak kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin pada abad ke-16. Tak heran, hidangan ini sering muncul di hajatan atau acara adat.
Untuk diketahui, rabeg kambing akan semakin nikmat jika disantap dengan nasi uduk bersama emping dan acar timun. Berikut resepnya.
Bahan:
Cara membuat:
Baca juga: 5 Destinasi Super Prioritas Indonesia yang Wajib Dikunjungi Minimal Sekali Seumur Hidup
Sebagian orang mungkin sudah tak asing dengan sei sapi. Sebab, hidangan khas Nusa Tenggara Timur (NTT) ini tengah naik daun. Eksistensi kedai khusus yang menjual menu tersebut pun bermunculan.
Sei dalam bahasa NTT berarti asap. Jadi, ketika diaplikasikan di dunia kuliner, kata tersebut merujuk pada teknik pengolahan makanan, yakni diasap.
Pengasapan bertujuan untuk menghilangkan lemak pada daging sehingga ketika matang, teksturnya cenderung jadi padat.
Di daerah asalnya, sei umumnya menggunakan daging babi. Namun, seiring waktu, bahan utama menu ini dimodifikasi menjadi daging sapi agar bisa dikonsumsi oleh orang banyak.
Meski sei sapi bisa dibeli, tak ada salahnya mencoba membuat sei sapi sendiri di rumah untuk menu buka puasa. Terlebih, pembuatannya terbilang mudah.
Bahan sei:
Bumbu marinasi:
Cara membuat:
Baca juga: Kemenpar Genjot Sektor Ekonomi Kreatif melalui #BeliKreatifLokal
Selain mencoba resep di atas, tak ada salahnya juga untuk #BeliKreatifLokal dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) setempat. Dengan begitu, tak hanya perekonomian lokal dan nasional yang terbantu, tapi juga pahala selama Ramadhan bisa bertambah.
Terlebih, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, kualitas produk ekraf Indonesia tidak kalah dengan produk luar negeri.
“Bangga buatan Indonesia artinya tidak sekadar bangga, tapi juga membeli. Jangan jadi ‘Rohali’ (rombongan hanya lihat-lihat) atau ‘Rohana’ (rombongan hanya nanya-nanya). Semua harus jadi ‘Rojali’ (rombongan jadi belanja dan beli),” ajak Sandiaga, seperti dikutip dari Tribun News, Minggu (3/4/2022).
Untuk meramaikan Ramadhan 2022, tidak ada salahnya pula mengikuti sayembara Ambassador Kampung Sini (Akamsi) yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Persyaratannya kompetisi tersebut terbilang mudah, yakni cukup unggah foto atau video yang menampilkan pesona lingkungan sekitar tempat tinggalmu ke Instagram dan tag akun @pesona.indonesia.
Ada beragam hadiah menarik yang disediakan Kemenparekraf. Sebut saja, uang tunai, iPhone 13 Pro Max, dan saldo e-wallet bernilai jutaan rupiah.
Untuk ketentuan lebih lanjut mengenai sayembara Akamsi dan berbagai informasi menarik seputar #WonderfulIndonesia, jangan lupa ikuti akun Instagram @pesona.indonesia dan TikTok @pesonaindonesia.