Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Beda Soto Betawi dan Tangkar, dari Sejarah hingga Bumbu

Kompas.com - 27/03/2022, 08:08 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Soto tangkar dan soto betawi sama-sama berasal dari Jakarta.

Makanan berkuah ini kerap ditemui di jajanan kaki lima dan restoran di Jakarta. Seporsi soto betawi dan soto tangkar biasanya disantap bersama nasi hangat, taburan emping, dan bawang goreng.

Pada dasarnya soto tangkar dan soto Betawi punya banyak perbedaan dari sejarah, bumbu yang digunakan, hingga proses pembuatannya.

Simak perbedaan soto betawi dan soto tangkar berikut ini. 

Baca juga:

1. Sejarah soto betawi dan soto tangkar

Kata "tangkar" dalam bahasa Betawi disebut juga dengan tulang iga. Sesuai dengan arti namanya, pada zaman dahulu masyarakat Betawi mengolah iga untuk isian soto.

Terdapat beragam cerita mengenai asal mula hadirnya soto tangkar. Dikutip dari buku "Selaksa Rasa dan Cerita" (2016) karya Akademi Kuliner Indonesia yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, soto tangkar sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Pasa saat itu harga daging sapi termasuk mahal, sehingga hanya maneer Belanda yang mampu membelinya.

Sementara mayarakat lokal hanya mampu membeli bagian tangkar yang sedikit berdaging karena harganya murah.

Ada juga yang mengatakan bahwa pada zaman penjajahan Belanda, para maneer yang mengadakan pesta akan mengolah daging sapi. Masyarakat lokal lantas memanfaatkan bagian tangkar dan jeroan yang memang tidak diolah orang Belanda. 

Sisa tangkar dan jeroan tersebut kemudian diolah oleh masyarakat menjadi beragam masakan, salah satunya soto tangkar.

Baca juga: Sejarah Soto Tangkar Khas Betawi, Lahir karena Daging Hanya untuk Penjajah

Menambahkan dari laman Kompas.com yang terbit pada Rabu (5/8/2022), soto tangkar juga merupakan kuliner hasil percampuran antara budaya lokal dengan budaya yang datang ke Betawi, seperti budaya China, India, dan Arab.

Lain halnya dengan soto tangkar, nama soto betawi pertama kali digunakan oleh seorang pedagang soto bernama Lie Boen Po untuk menjual sotonya.

Dikutip dari laman Kemdikbud, soto betawi memang sudah dikenal masyarakat umum pada 1977 hingga 1978. Namun, semakin populer setelah soto Lie Boen Po ditutup pada 1991. 

Selain mengggunakan santan, soto betawi juga menggunakan tambahan susu pada kuah soto. Menurut sejarahnya, susu yang digunakan untuk soto betawi muncul sekitar 1960-an.

Pada saat itu produksi susu sapi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, melimpah, dan masyarakat menganggap bahwa menambahkan susu pada soto betawi adalah sesuatu yang bergengsi.

Versi lainnya, penjual soto betawi H. Ma'ruf suatu hari kehabisan santan saat berjualan soto. Ia lantas menggunakan susu untuk mengganti santan. 

Baca juga: Apa Bedanya Soto Betawi dengan Soto Daerah Lain?

Ilustrasi soto tangkar khas Betawi.Dok.Shutterstock/Ariyani Tedjo Ilustrasi soto tangkar khas Betawi.

2. Bumbu soto betawi dan soto tangkar 

Chef Park Hotel Cawang Heriawan saat dihubungi oleh Kompas.com pada Rabu (23/3/2022) mengatakan bahwa perbedaan dasar antara soto tangkar dan soto Betawi yaitu ada pada penambahan rempah. 

Soto tangkar ditambahkan kapulaga dan jintan.

Aroma harum dari kuliner soto tangkar berasal dari tumisan bumbu merah dan aneka rempah.

Beberapa di antaranya ada kemiri, jintan, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, kunyit, jahe, dan kapulaga.

Sementara soto betawi juga menggunakan tumisan bumbu merah, cuma bedanya tidak menggunakan jintan dan kapulaga.

Baca juga:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com