Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2022, 12:12 WIB
Lea Lyliana

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia punya banyak minuman tradisonal yang patut dicoba. Salah satunya adalah wedang uwuh. 

Wedang uwuh banyak dijual di pasar tradisional di Yogyakarta maupun Solo. Kini penjualan pun merambah platform daring. 

Minuman tradisional ini kerap digunakan untuk menghangatkan badan maupun menangkal berbagai macam penyakit, misalnya masuk angin dan perut kembung. 

Sebab di dalamnya terdapat aneka rempah yang bermanfaat untuk tubuh, seperti jahe, kayu secang, hingga daun pala. 

Ilustrasi minuman herbal khas Indonesia. SHUTTERSTOCK/MENIGA.ID Ilustrasi minuman herbal khas Indonesia.

Baca juga:

 

Lantas, sebetulnya mengapa minuman ini disebut dengan nama wedang uwuh? 

Asal nama wedang uwuh

Dikutip dari "Kuliner Yogyakarta - Pantas Dikenang Sepanjang Masa" (2017) oleh Murdijati Gardjito, dkk. terbitan PT Gramedia Pustaka Utama wedang uwuh juga dikenal dengan sebutan wedang sampah.

Istilah ini merujuk pada penggunaan bahan-bahannya yang banyak berasal dari daun kering. Misalnya saja daun cengkih, daun kayu manis, hingga daun pala. 

Baca juga:

Sementara itu, dalam Bahasa Jawa sampah dari daun kering umum disebut dengan nama 'uwuh'. Oleh karenanya wedang tersebut kini dikenal dengan nama 'wedang uwuh'. 

Ilustrasi rempah-rempah, bahan untuk membuat wedang uwuh. SHUTTERSTOCK/HARISMOYO Ilustrasi rempah-rempah, bahan untuk membuat wedang uwuh.

Lebih jauh, dalam bukunya Mur menjelaskan bahwa penamaan wedang uwuh diambil dari kebiasaan orang zaman dulu orang yang kerang memungut daun cengkih yang jatuh. 

Daun tersebut lalu dikumpulkan dengan cara disapu kemudian dicampur dengan rempah lain. Seperti serutan kayu secang, jahe, daun kayu manis kering, cengkih, dan daun pala. 

Selanjutnya, bahan-bahan tersebut diseduh dan dinikmati sebagai minuman hangat. Tak disangka, rasanya justru menyegarkan sekaligus dapat menghangatkan badan. 

Baca juga:

 

Dewasa ini wedang uwuh kerap disajikan saat sore hari, terutama ketika cuaca dingin dan hujan.

Penyajiannya pun tidak hanya di rumah tapi restoran dan kafe pun mulai menambahkan wedang uwuh pada menunya. 

Buku "Kuliner Yogyakarta - Pantas Dikenang Sepanjang Masa" (2017) oleh Murdijati Gardjito, dkk. terbitan PT Gramedia Pustaka Utama dapat dibeli online di Gramedia.com

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com