Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gudeg Permata Yogyakarta Pilih Tutup Selama PPKM karena Sering Rugi

Kompas.com - 02/11/2021, 19:03 WIB
Lea Lyliana

Penulis

KOMPAS.com - Gudeg Permata merupakan salah satu gudeg legendaris di Yogyakarta. Warung gudeg ini tak pernah sepi pembeli. Antreannya pun kadang sampai mengular.

Tak jarang sebelum buka pun sudah banyak pembeli yang antre. Sayangnya hal tersebut tak terlihat ketika pandemi covid-19 melanda.

Sri Sunarti, pemilik usaha Gudeg Pertama mengatakan bahwa warung gudegnya juga turut terdampak pandemi. Bahkan pada awal pandemi warung gudegnya sempat tutup.  

"Pas pandemi itu enggak buka. Itu kan bulan Maret to, itu tutup," ujar Sunarti saat ditemui Kompas.com di warungnya, Sabtu (30/10/2021).

Baca juga:

Memilih tutup 

Guna mencegah penyebaran virus covid-19, pemerintah sempat meminta warga menguranginya mobilitas melalui PSBB. 

Kala itu, restoran maupun tempat makan tidak boleh buka hingga malam hari dan hanya diizinkan menerima pesan antar atau dibungkus. 

Ilustrasi pelayan di Gudeg Permata sedang menyiapkan pesanan.KOMPAS.com/ Lea Lyliana Ilustrasi pelayan di Gudeg Permata sedang menyiapkan pesanan.

Karena Gudeg Permata biasa buka malam hari, Sunarti pun lantas meminta izin kepada Kapolsek dan pihak kecamatan untuk buka pada sore hari.

Walau mendapatkan izin dari Kapolsek dan kecamatan tapi pengurus di lingkungan Gudeg Permata tidak memperbolehkan.  Oleh karenanya, Sunarti memilih untuk menutup warungnya saja.  

"Saya sudah izin kepolsek sama kecamatan, beliau tidak keberatan saya buka sore, tapi dari sini enggak boleh, yaudah saya tutup. Itu saya libur PSBB sekitar satu setengah bulan, terus jualan sampai mau Lebaran, terus tutup 10 hari libur Lebaran," jelas Sunarti. 

Baca juga:

Setelah Lebaran, Sunarti mencoba membuka warungnya lagi. Namun tak sampai sebulan, warungnya tutup lagi karena ada peraturan PPKM. 

Sunarti menyebut bahwa sebetulnya Gudeg Permata sempat buka, tapi hanya melayani pesanan daring dan dibungkus.

Sayangnya hal tersebut tidak ada menutup modal belanjanya sehingga Sunarti harus tombok. Oleh sebab itu Sunarti memilih untuk menutup warungnya lagi. 

"Wes cuma tombok karo tombok, terus akhirnya anak-anak bilang wes mbak tutup saja daripada kebanyakan tombok. Terus yowes itu tak tutup dua bulan," ungkap Sunarti. 

Baca juga:

Sunarti menambahkan bahwa saat Gudeg Permata bisa menghabiskan lebih dari 30 kilogram beras. Namun akibat pandemi, penjualannya menurun.

"Kalau pas ramai biasanya ya kalau 30 kilogram lebih, tapi pas sepi wah20 kilogram saja enggak habis. Ya itu cuma tombok karo tombok. Makanya daripada saya kebanyakan tombok mendingan untuk makanan," tambahnya. 

Berangsur membaik 

Setelah sempat tutup karena merugi, Gudeg Permata lalu buka kembali pada akhir Agustus. Namun dua minggu pertama masih sepi. 

Kendati demikian, Sunarti menyebut bahwa saat ini penjualannya mulai membaik.

Baca juga: 8 Tempat Makan Gudeg di Yogyakarta, dari Mbah Lindu sampai Yu Djum

Bahkan saat Kompas.com mengunjungi warungnya, sekitar pukul 23.00 sajian di Gudeg Permata sudah habis. 

"Kan sampai akhir Agustus to, akhirnya saya bukan. Dua minggu awal masih sepi, tapi lamban-lamban sudah mulai sekarang. Sekarang sudah kayak normal," tutup Sunarti. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com