Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Feastin'

Media Kuliner

Feastin’ (@feastin.id) adalah media untuk penikmat kuliner dengan fokus membahas kultur makan dan minum, serta ragam cerita tentang makanan. Kolom SANTAP merupakan inisiatif Feastin’ bersama Kompas.com untuk mengulas tempat makan sederhana yang jarang diketahui namun layak untuk didatangi karena kelezatannya

Kehangatan Gudeg Jogja di Gondangdia Jakarta

Kompas.com - 28/05/2021, 10:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Kevindra Soemantri

Ada sensasi yang tidak bisa dirasakan di tempat lain ketika memasuki jalan kecil menuju tempat Gudeg Bu Tinah berada. 

Riuh manusia keluar masuk stasiun kereta, suara bising motor dan bajaj yang saling beradu muka, gemuruh kereta yang bergerak tepat di atas kepala. Sungguh cuplikan sudut Ibu Kota yang tak kenal diam.

Warung makan Gudeg Bu Tinah ada di tengah-tengah situasi tersebut dihimpit oleh beberapa warung makan lainnya yang sama-sama punya satu tujuan: Menjadi bandul kewarasan manusia yang penuh rasa lapar.

Ini bukan yang pertama kali saya mendatangi Gudeg Bu Tinah.

Ini mungkin sudah yang ke beberapa puluh kalinya, termasuk sarapan hari Minggu pagi saat kecil bersama dengan kakek dan nenek di rumah mereka di bilangan Menteng.

Bu Tinah adalah salah satu dari jutaan orang dari berbagai penjuru Indonesia yang pada masa setelah kemerdekaan berbondong-bondong masuk ke Jakarta untuk mencari nafkah.

Waktu itu pada 1960-an, ketika usianya masih belia Bu Tinah pun sudah membantu bibi berjualan gudeg di Pasar Boplo yang masih basah dan sederhana apa adanya.

Singkat cerita, Bu Tinah meneruskan usaha gudeg tersebut, berjualan di tempat yang sama selama puluhan tahun setelahnya.

Pada 1990-an Gudeg Bu Tinah pindah lokasi ke bawah stasiun kereta Gondangdia dan pada 2010-an dipindah ke lokasinya yang sekarang.

Memang pergeseran tempat seakan tidak berhenti bagi Gudeg Bu Tinah, namun yang tetap sama adalah kualitas makanan yang ia sajikan.

Makanan yang saya maksud adalah kombinasi dari pedasnya kerecek, manis dan gurih dari sayur nangka, hingga ayam opor dengan bumbu pekat dan empuk. Trinitas dari sebuah nasi gudeg komplit yang tak boleh salah.

Ada satu saja yang keliru atau nyeleneh, habis sudah. Mengapa? Karena ketiganya punya posisi yang saling melengkapi.

Pada Gudeg Bu Tinah, kerecek hadir dengan tendangan sensasi pedas serta rasa gurih pekat.

Kemudian, pelan-pelan rasa manis melipir masuk ke rongga mulut melalui potongan sayur nangka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com