Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Petani Sagu di Meranti, Hasil Banyak tetapi Daya Beli Sedikit

Kompas.com - 22/10/2020, 10:18 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau Irwan Nasir meminta Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) untuk turun tangan meningkatkan produktivitas sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Menurutnya, jika Bulog tak ikut berpartisipasi maka nantinya akan terjadi titik jenuh. Ketika produksi sagu berlimpah tapi daya beli kurang, yang berdampak pada harga sagu yang turun.

“Maksud kami Bulog sekarang ini baru melihat padi, jagung, kedelai (pajale),” kata Irwan dalam sesi talkshow “Sagu Pangan Sehat untuk Indonesia Maju” Pekan Sagu Nusantara, Selasa (20/10/2020).

Baca juga: Potensi Sagu Sebagai Ketahanan Energi, Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat

Menurutnya, jika padi mengalami kelebihan panen maka akan ditampung oleh Bulog. Begitu pun jagung dan kedelai. Namun hingga kini sagu tak benar-benar difasilitasi hal yang sama.

“Sehingga saya pikir kalau tidak ada campur tangan pemerintah, pengembangan sagu sebagai pangan alternatif ini hanya sekadar mimpi saja,” sambung dia.

Tantangan petani sagu di Kepulauan Meranti

Tak itu saja, Irwan juga menjabarkan tantangan lain yang dihadapi Kabupaten Kepulauan Meranti dalam budidaya sagu. 

Salah satunya kebijakan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru (PIPPIB) dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

talkshow di Pekan Sagu NusantaraDok. YouTube Pekan Sagu Nusantara talkshow di Pekan Sagu Nusantara

PIPPIB ini sangat mempengaruhi area tanam sagu di Kabupaten Meranti. Irwan menyebut aturan tersebut mempengaruhi hingga 96 persen dari total luasan Kabupaten Kepulauan Meranti.

“Karena sejatinya sagu ini memang tumbuh di lahan-lahan marjinal. Sagu di kami itu tumbuh di lahan-lahan gambut, di rawa-rawa,” papar Irwan.

Baca juga: Produktivitas Sagu Masih Rendah, Kementan Tata dan Perluas Lahan Sagu

Jika lahan-lahan tersebut tak ditanami sagu, maka akan terlantar. Lahan yang terlantar bisa menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yang luas. Maka dari itu Irwan merasa bahwa kebijakan PIPPIB perlu disesuaikan lagi.

Dengan ditanami sagu, Irwan memaparkan bahwa pada jumlah lahan terbakar telah berkurang secara signifikan. Dari 26.000 hektar pada 2014, turun menjadi sekitar 1.000 hektar.

Apalagi sagu adalah salah satu komoditas yang memberikan kontribusi paling besar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Meranti.

Sagu jadi penyangga ekonomi utama di Meranti karena bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 2,5 triliun per tahun.

Baca juga: Sagu Jadi Pakan Ternak, Beri Dampak pada Ketahanan Pangan Manusia

 

Hampir dua kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kepulauan Meranti per tahunnya yaitu sekitar Rp 1,3 triliun.

Tanggapan Bulog

Menanggapi hal ini, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa Bulog tidak benar-benar diam perihal sagu ini.

Ilustrasi tepung saguShutterstock/Pawarun Chitchirachan Ilustrasi tepung sagu

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com