Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/08/2020, 12:12 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Nasi tumpeng identik dengan perayaan penting di Indonesia seperti 17 Agustus karena merupakan simbol sujud syukur, merayakan sesuatu, dan permohonan kepada Tuhan.

Baca juga: Sejarah Tengkleng Khas Solo, Tercipta karena Kehabisan Bahan Pangan di Masa Penjajahan

Walaupun kerap disajikan pada perayaan penting, tetapi masih ada yang belum mengetahui cara makan tumpeng yang benar.

Biasanya nasi tumpeng akan dipotong di bagian puncaknya terlebih dahulu baru kemudian potongan tersebut disajikan di piring dengan aneka lauk dan diberikan pada orang tersayang.

Proses pemotongan itu ternyata salah karena dianggap bisa menyalahi filosofi tumpeng.

Murdijati Gardjito, peneliti di pusat studi pandan dan gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menjelaskan makna dan cara makan tumpeng yang benar, Senin (8/8/2016).

Puncak tumpeng adalah simbol Tuhan

Tumpeng berasal dari Jawa, tapi terpengaruh budaya Hindu India.

Tumpeng berbentuk kerucut, lebar di bawah dan runcing di atas adalah representasi Gunung Mahameru di India. Gunung tersebut dianggap tempat sakral, tempat bermukimnya pada dewa.

Bagian atas tumpeng terdiri dari satu butir nasi yang merupakan simbol dari Tuhan yang Maha Esa. Makin ke bawah adalah umat dengan berbagai tingkat kelakuannya.

Menurut Murdijati, makin banyak umat yang kelakuannya tidak begitu baik, yang sempurna hanya sedikit. Maka dari itu, tumpeng tidak boleh dipotong puncaknya.

Memotong tumpeng di bagian puncaknya akan menyalahi filosofi tumpeng yang merupakan representasi hubungan manusia dengan Tuhan.

Dengan memotong tumpeng di bagian puncak, kata Murdijati, berarti memotong hubungan umat dengan Tuhan. Selain itu, lauk yang berada di sekeliling bawah tumpeng juga tak akan terambil jika kamu memotongnya di bagian puncak.

Cara makan tumpeng yang benar

Murdjati mengatakan, cara makan tumpeng yang benar adalah harus dimakan bersama-sama, istilahnya dikepung.

Dimakan bersama-sama menggunakan tangan mulai dari bawah, diambil nasi bersamaan dengan lauknya.

Lalu bergeser ke puncaknya dan terus turun sampai akhirnya puncak itu menjadi satu dengan bagian dasar tumpeng.

Cara tersebut memiliki arti “manunggaling kawulo lan Gusti” atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya adalah “Sang Pencipta tempat kembali semua makhluk”.

Selain menggunakan tangan kamu juga bisa memakan tumpeng dengan sendok. Asalkan makan tumpeng dari bagian bawah, tak lagi memotongnya di puncak.

Munculnya kebiasaan memotong tumpeng dari atas, kata Murdjati, berasal dari pengaruh budaya Barat yakni memotong kue.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com