Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Kopi Gerudag dari Sumatera Selatan yang Masuk Kategori Specialty

Kompas.com - 28/07/2020, 19:09 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Semendo adalah salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Menurut informasi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, kopi lokal asal Semendo adalah kopi Gerudag.

Baca juga: Keren Banget! Kopi Flores Telah Hadir di Toko dan Kafe Finlandia

Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Semendo adalah jenis robusta walaupun wilayah ini berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Kopi robusta di sana, disambung pucuk dengan kopi Lampung, kopi Bengko, dan kopi Ciari yang berasal dari Jambi. Sementara itu, kopi Gerudag diperbanyak melalui biji.

Kopi Gerudag ternyata memiliki sejarah yang bisa dirunut jauh hingga zaman kolonial Belanda. Jika ditelusuri silsilah penanamannya, menunjukkan kopi robusta Gerudag yang ditanam di Desa Segamit berasal dari Marcawang.

Secangkir kopi. Pada 2013, seturut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, ekspor kopi pada 2013 mencapai 543 juta kilogram. Jumlah ini menghasilkan uang hingga Rp 1,1 miliar. 

Catatan Mondelez International yang dipublikasikan pada Kamis (24/4/2014) menunjukkan perlunya pembinaan bagi petani kopi di Indonesia untuk menghasilkan kopi bermutu secara berkesinambungan. Mondelez International menghelat Coffee Made Happy dengan pembukaan Pusat Pelatihan Petani di Semendo, Provinsi Lampung sebagai lokasi pertama implementasi program di Indonesia. Josephus Primus Secangkir kopi. Pada 2013, seturut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, ekspor kopi pada 2013 mencapai 543 juta kilogram. Jumlah ini menghasilkan uang hingga Rp 1,1 miliar. Catatan Mondelez International yang dipublikasikan pada Kamis (24/4/2014) menunjukkan perlunya pembinaan bagi petani kopi di Indonesia untuk menghasilkan kopi bermutu secara berkesinambungan. Mondelez International menghelat Coffee Made Happy dengan pembukaan Pusat Pelatihan Petani di Semendo, Provinsi Lampung sebagai lokasi pertama implementasi program di Indonesia.

Tanaman kopi ini tumbuh di hutan dekat mata air tempat warga sekitar mengambil air. Karena dianggap punya potensi yang bagus, maka para petani di sekitar pun tertarik untuk menanam tanaman tersebut di kebun mereka.

Lama kelamaan, kopi asal Marcawang ini barulah dikenal dengan nama kopi Gerudag. Nama Gerudag ini muncul karena perjalanan menuju daerah penanaman kopi ini dahulu sangat berliku-liku dengan tanjakan dan turunan yang curam.

Area ini kemudian dijadikan hutan lindung. Sehingga penduduk sekitar tak bisa lagi memasuki area tersebut. Namun, konon katanya masih ada beberapa pohon yang tersisa di dalam area hutan lindung tersebut.

Kopi Gerudag dianggap punya potensi yang sangat tinggi.

Teungku Afifudin, salah seorang masyarakat yang memiliki kebun kopi Gerudag mengatakan bahwa produksi kopinya yang telah berumur 23 tahun dapat mencapai kurang lebih 3 ton biji kering dari kurang lebih 1.000 pohon.

Ilustrasi biji kopiPhuchit Ilustrasi biji kopi

Panen kopi Gerudag biasanya berlangsung pada bulan April hingga September, dengan puncak panen di bulan Agustus.

Panen raya umumnya terjadi satu kali dalam dua tahun. Panen pada musim penghujan akan lebih sedikit karena banyak bunga yang rontok.

Ukuran buah kopi Gerudag juga cenderung lebih besar dan tidak mudah rontok jika dibandingkan dengan kopi jenis robusta dari klon lain yang ditanam di daerah yang sama.

Rasa dari kopi Gerudag pun tak main-main. Kopi ini termasuk dalam kategori specialty dengan nilai skor 83,75.

Nilai ini lebih tinggi dari kopi robusta varietas Korolla 1, 2, 3 dan 4 yang diluncurkan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com