Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Krakakoa, Cokelat Artisan Indonesia dari Kebun Berkelanjutan

Kompas.com - 20/07/2020, 17:02 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KOMPAS.com - Industri cokelat di Indonesia beberapa tahun belakangan kian maju. Bermunculan cokelat artisan yang menawarkan rasa, kemasan, dan nilai tambah.

Nilai tambah ini tak hanya didapat konsumen, melainkan juga petani, dan lingkungan.

Salah satu cokelat artisan yang meramaikan industri cokelat tanah air adalah Krakakoa.

Krakakoa menganut konsep "Farmer to Bar", bermitra dengan petani daerah Indonesia untuk membuat cokelat.

Baca juga: 5 Olahan Cokelat yang Praktis Dibuat di Rumah, Tidak Pakai Oven

Founder & CEO Krakakoa, Sabrina Mustopo, menjelaskan sebelum merintis Krakakoa ia bekerja sebagai konsultan manajemen multinasional berfokus pada sektor pertanian.

"Selama mengerjakan salah satu proyek saya di sana, saya belajar mengenai industri cokelat Indonesai dan belajar beberapa masalah yang ada," kata Sabrina kepada Kompas.com.

Permasalahan industri cokelat Indonesia yang dilihat Sabrina adalah produktivitas yang rendah, pendapatan petani yang kecil, kualitas biji cokelat yang buruk, dan praktik tanam tak berkelanjutan.

Hal tersebut membuat Sabrina tergerak, pasalnya saat itu Indonesia berada di peringkat tiga negara penghasil biji kakao terbesar di dunia. Namun tak lepas dari berbagai masalah.

"Saya percaya ada kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan ini secara berbeda. Binis yang dapat memberi dampak positif, bermanfaat bagi petani dan menjaga lingkungan," kata Sabrina.

Baca juga: Sejarah Cokelat Bisa Ada di Indonesia

Dengan konsep tersebut, Krakakoa tak memiliki lahan untuk perkebunan kakao. Mereka bekerja sama dengan petani lokal yang memiliki kebun dengan luas 0,25 -2 hektar.

Selama bekerja sama, para petani akan diberikan peralatan dan pelatihan untuk menghasilkan kakao organik berkualitas baik.

Ilustrasi biji kakao dan buah kakaoShutterstock Ilustrasi biji kakao dan buah kakao

Para petani akan mendapat program pelatihan menanam kakao berkelanjutan, penanganan hama organik, proses fermentasi, dan pengeringan kakao selama 8-16 pekan.

Sejak 2013 Krakakoa dibentuk, mereka bekerja sama dengan 500 petani kakao yang tersebar di Sumatera dan Sulawesi.

Lewat profil perusahaan Krakakoa, juga disebutkan bahawa petani yang bekerja sama dengan Krakakoa hasil produknya dibeli 300 persen dari harga pasar.

Baca juga: Cokelat Asal NTT Disukai Orang Paris di Pameran Cokelat Terbesar Dunia

Krakakoa juga melacak lahan petani dalam menanam kakao melalui GPS, agar mereka tidak menanam kakao di lingkungan taman nasional supaya tidak menggangu ekosistem taman nasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com