Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Kafe Bus di Indonesia, Hasil Kreativitas Pelaku Wisata di Tengah Pandemi

Kompas.com - 13/07/2020, 11:50 WIB
Yuharrani Aisyah

Penulis

KOMPAS.com - Tak dapat dipungkiri pandemi Covid-19 berdampak langsung pada semua aspek wisata di Indonesia, termasuk kuliner. Tak pelak pelaku bisnis pada bidang ini mencari cara untuk tetap bertahan.

Seperti kafe bus yang dijalankan oleh sejumlah Perusahaan Otobus (PO) bekerja sama dengan kafe. Ngopi dalam bus dapat ditemukan di beberapa kota seperti Solo, Malang, Yogyakarta, Purwokerto, Gresik, dan Pekalongan.

Baca juga: Kafe Bus Hadir di Gresik, Gimana Rasanya Ngopi Sambil Keliling Kota?

Sebelumnya, sejumlah kafe mengeluarkan kopi kemasan literan dan layanan delivery sebagai upaya agar bisnisnya tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Kopi Kemasan Literan, Cara Kafe di Malang Bertahan di Tengah Pandemi Corona

 

Kompas.com Food berkesempatan mencoba kafe bus di Kota Malang bertajuk NgopiUklam87 pada Minggu (5/7/2020).

Kafe bus di Kota Malang bertajuk NgopiUklam87, Minggu (5/7/2020).KOMPAS.com/YUHARRANI AISYAH Kafe bus di Kota Malang bertajuk NgopiUklam87, Minggu (5/7/2020).

Upaya bertahan di tengah pandemi Covid-19

"Pandawa87 karena Covid-19 ini kerugiannya besar, jadi ya mau ningkatin lagi. Sama lah jalan sama (usaha) yang lain. Terus unit kita ya banyak yang nganggur sebenarnya," ujar perwakilan PO bus Pandawa87 Amanda Putri Martadinata ketika ditemui Kompas.com, Minggu (5/7/2020).

Bulan ini sebenarnya musim liburan anak sekolah, kata Amanda, tetapi dampak pandemi Covid-19 ini kerugian Pandawa87 cukup banyak. Bahkan armada mereka sempat tidak jalan sama sekali.

Selain itu, driver dan kru sempat dirumahkan. Sehingga dengan adanya kafe bus, mereka dapat bekerja kembali dan mendapatkan pemasukan.

Perihal armada dan kru yang sempat berhenti dirasakan juga oleh PO Rejeki Transport yang menggagas Coffee on The Bus di Yogyakarta.

"Awalnya ya di pariwisata ini kan berhenti 4 bulan, terus kita mencoba sesuatu yang berbeda tawarin ke umum biar krunya jalan," kata kreator Coffee on The Bus Wiwit Kurniawan saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/7/2020).

Menurut Wiwit, kafe bus ini menjadi upaya kreatif yang tepat sebab orang sudah mulai jenuh di rumah dan rindu akan aktivitas luar yang juga unik.

Ngopi di rumah sudah biasa, pun di kedai, maupun coffee shop ternama. Sementara belum banyak orang yang pernah merasakan ngopi dalam bus.

Maka itulah pada 28 Juni 2020, Coffee on The Bus menawarkan mengopi di dalam bus yang memberikan sensasi berbeda bagi publik. Dapat kopi, snack, dan keliling tempat wisata.

Atraksi menarik

Tak hanya menikmati kopi di dalam bus sembari keliling tempat wisata, Coffee on The Bus menghadirkan atraksi membuat kopi manual brewing dan teh tarik langsung di bus.

Baca juga: Apa Itu V60? Cara Seduh Kopi Manual yang Umum Ditemui di Kafe

Tak jauh berbeda, NgopiUklam87 pun mengupayakan bagaimana cara supaya dengan harga Rp 50.000, pelanggan bisa dapat kopi, snack, dan duduk nyaman di bus premium sembari jalan-jalan.

Untuk tempat wisata, Coffee on The Bus yang berangkat dari Kotabaru yang dikenal akan gedung ala Eropa lawasnya. Kemudian melewati Tugu Yogyakarta, Kotagede, dan melewati underpass Yogyakarta International Airport (YIA).

NgopiUklam87 pun mengajak pelanggannya keliling tempat wisata di Kota Malang. Berangkat dari Jalan Soekarno-Hatta, lanjut melewati tempat bersejarah seperti Stasiun Kota Malang, Tugu Balaikota, alun-alun, dan Jalan Ijen.

Kafe bus di Kota Malang bertajuk NgopiUklam87, Minggu (5/7/2020).KOMPAS.com/YUHARRANI AISYAH Kafe bus di Kota Malang bertajuk NgopiUklam87, Minggu (5/7/2020).

Prokotol kesehatan

Terkait protokol kesehatan, pelanggan pada kedua kafe bus ini akan dicek suhunya sebelum naik. Disediakan hand sanitizer, pelanggan dan kru wajib memakai masker, dan tempat duduk bersilang.

Jika pelanggan adalah keluarga atau pasangan dapat duduk dalam satu seating tetapi tetap bersilangan, menurut Amanda. Model tempat duduknya adalah 4 kursi berhadapan dengan meja di bagian tengah.

Sementara Coffee on The Bus akan menyediakan pembatas akrilik bagi pelanggan yang bukan keluarga maupun pasangan.

"Sebelum jalan kita cek suhu, pakai hand sanitizer, terus kita nanti ada pembatas juga di kursinya kalau bukan rekan atau saudara. Rata-rata yang ikut keluarga, bapak ibu anak. Terus pasangan kekasih. Rata-rata berdua yang pesan, jarang sendiri," ungkap Wiwit Kurniawan.

Menurut Wiwit Kurniawan, suhu tubuh pelanggan yang dapat ikut Coffee on The Bus maksimal 37,6 derajat celsius.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com