Oleh: Larasati Marutika Arbi dan Bianca Marella*
BERDASARKAN data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah terjadi 564 peristiwa bencana alam di Indonesia sejak 1 Januari hingga 7 Maret 2023.
Peristiwa bencana alam tidak sedikit menimbulkan luka fisik bagi korban. Namun bagaimana dengan luka jiwa korban bencana alam?
Mungkin kita sudah sering melihat kotak P3K untuk luka fisik di posko bencana alam maupun milik pribadi di rumah.
Namun, tidak hanya luka fisik yang membutuhkan P3K, tapi kesehatan jiwa juga dapat terancam saat terjadi suatu bencana.
Kesehatan jiwa yang terancam kemudian dapat menjadi luka jiwa, di mana korban merasa tidak aman dan tidak berdaya.
Pascabencana melanda, para korban selamat tidak jarang mengalami trauma dan stres karena kehilangan keluarga, kerabat, serta rumah.
Salah satu penelitian tahun 1955 terhadap korban gempa bumi Hanshin-Awaji di Jepang, membuktikan bahwa korban yang selamat menderita gangguan tidur, depresi, mudah marah, dan hipersensitif.
Sama halnya dengan luka fisik, luka pada jiwa seseorang juga membutuhkan perhatian dalam penanggulangan bencana secara keseluruhan. Istilah untuk pertolongan ini adalah P3K Jiwa.
Pertolongan Pertama Pada Kesehatan Jiwa atau P3K Jiwa adalah bantuan psikologis singkat, praktis, dan fleksibel kepada individu yang baru saja mengalami peristiwa krisis, keadaan darurat, atau bencana.
Saat terjadi bencana alam, ada dampak jangka pendek sampai jangka panjang bagi kondisi kejiwaan seseorang.
Contoh dampak jangka pendek adalah rasa sedih, takut, hingga merasa hampa. Contoh dampak jangka panjangnya adalah timbul gangguan jiwa yang mengganggu kehidupan korbannya seperti stres, depresi, kecemasan, hipersensitif, dan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Apabila reaksi ini tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan korban hingga keluarga tidak dapat berfungsi dalam kehidupan sosial dengan baik.
Ada banyak tujuan dan manfaat pertolongan pertama pada kesehatan jiwa, di antaranya dapat mengurangi dampak jangka pendek seperti reaksi stres yang dialami oleh korban.
Pertolongan pertama pada kesehatan jiwa juga bisa menumbuhkan harapan bagi korban untuk bangkit dari trauma akibat bencana.