Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM: Indonesia Diprediksi Posisi 6 Penderita Diabetes Terbanyak pada 2030

Kompas.com - 05/04/2023, 17:15 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mudahnya layanan pesan antar aneka makanan dan minuman secara online membuat masyarakat semakin suka jajan.

Apalagi makanan dan minumam manis, seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis, hingga kue kekinian bisa dengan sekali klik di handphone (hp), maka kamu bisa menikmatinya dengan cepat.

Namun, hal ini lama kelamaan akan membuatmu terkena risiko obesitas dan diabetes.

Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ns. Zaqqi Ubaidillah mengatakan hal ini perlu diwaspadai.

Baca juga: Dosen UMM:: Indonesia Rugi Saat Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Zaqi sapaan akrabnya menjelaskan, potensi penyakit diabetes kini semakin meningkat.

Bahkan menurut penelitian dari International Diabetes Federation, Indonesia diprediksi pada tahun 2030 akan berada di peringkat 6 negara dengan penderita diabetes terbanyak.

Dia menjelaskan diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi, karena pankreas tidak dapat menghasilkan atau menggunakan hormon insulin secara efisien.

Padahal hormon sangat penting karena berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

Peluang menderita diabetes meningkat karena minuman berglukosa tinggi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu juga menyebabkan toxic glukosa yang dapat merusak sel beta pankreas. Sementara sel ini memiliki tugas penting untuk mengeluarkan insulin.

"Selain diabet, makanan atau minuman yang tinggi gula juga dapat merusak endotel pembuluh darah yangg dapat mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah," kata perawat spesialis medikal bedah UMM itu.

Baca juga: Dosen UMM: 3 Hal yang Harus Diteliti Saat Beli Rumah

Menurutnya, kebiasaan jajan minuman kekinian tersebut kian tak sehat apabila ditunjang pola makan tinggi kalori.

Di antaranya nasi goreng, mi goreng, nasi uduk, nasi padang, makanan cepat saji, dan makanan berpengawet lainnya. Pun dengan kebiasaan menambah rasa dan toping pada makanan dan minuman.

“Tak cuma kopi dan boba, aneka minuman kemasan, termasuk jus dan minuman berkarbonasi lainnya juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa,” tegasnya.

Meski demikian, ini tak berarti masyarakat tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman favorit.

Selama tidak rutin dan bisa membatasi, Zaqi mengatakan bahwa mencoba dan mencicipi makanan kekinian diperbolehkan asal sesuai takaran.

Ia juga mengajak masyarakat untuk memahami kandungan yang ada di dalam berbagai makanan. Salah satu caranya dengan membaca kandungan nilai gizi yang tertera di kemasan.

Dengan begitu, mereka bisa mengatur makanan apa saja yang bisa dimakan secara rutin dan makanan mana saja yang harus dibatasi.

“Sebaiknya masyarakat memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Pun dengan minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, serta teh tanpa gula,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com