Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UI: Banyak Anak Muda Terjerat Utang karena Paylater

Kompas.com - 10/02/2023, 15:22 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dari hasil survei Indonesia Property Watch (IPW) yang dirilis pada 2022, terungkap bahwa lebih dari 50 persen milenial (anak muda) yang memiliki rumah, ternyata berkat dukungan orangtua. Hanya 40,95 persen yang benar-benar menggunakan uang hasil keringatnya.

Sekitar 39,05 persen milenial tersebut dibantu dalam hal uang muka ataupun cicilan, dan sebanyak 12,38 persen dibantu sepenuhnya oleh orangtua. Selebihnya, mereka tidak membeli properti, karena mendapat warisan.

Baca juga: Bobol Rekening Lewat WhatsApp, Dosen Unair: Pelaku Incar Pengguna HP Android

Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI), Prita Hapsari Ghozie menyebutkan, pada lima tahun mendatang, generasi muda kelahiran tahun 1981–1994 terancam tidak bisa membeli rumah, karena kenaikan gaji mereka yang tidak berimbang dengan harga rumah di pasaran.

Hal ini didasarkan pada hasil riset Rumah123.com dan Karir.com tahun 2017 yang menemukan kenaikan gaji normal di luar promosi sepanjang 2016 rata-rata sebesar 10 persen, sedangkan lonjakan harga rumah minimal 20 persen.

Meski begitu, ketidakseimbangan antara kenaikan gaji dan kenaikan harga rumah bukanlah satu-satunya penyebab ketidakmampuan generasi muda membeli rumah.

Menurut Prita, budaya konsumtif anak muda untuk gaya hidup adalah penyebab lain yang membuat mereka tidak mampu mempersiapkan kebutuhan di masa depan.

"Generasi muda yang memiliki pola konsumtif tinggi akan kesulitan untuk mencicil Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)," ucap dia mengutip laman UI, Jumat (10/2/2023).

Pola konsumtif anak muda ini diperparah dengan kemudahan akses pembelian barang.

Baca juga: 10 Prodi UI Paling Diminati di SNMPTN 2022, Referensi SNBP 2023

Inovasi teknologi informasi di bidang keuangan atau yang dikenal dengan financial technology (fintech) di satu sisi melahirkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman.

Namun di sisi lain dapat menjadi bumerang bagi generasi muda yang minim literasi keuangan. Salah satu yang dapat menjadi pisau bermata dua ini adalah fitur Buy Now Pay Later (BNPL) atau yang populer dengan sebutan paylater.

BNPL atau beli sekarang bayar nanti adalah pinjaman untuk dapat membeli barang secara kredit tanpa kartu kredit.

Layanan ini memungkinkan konsumen membayar suatu transaksi di kemudian hari, baik dengan sekali bayar maupun dengan cicilan.

Fasilitas pinjaman ini juga sering disebut credit limit. Metode ini tengah menjadi opsi pembayaran yang menarik bagi masyarakat yang memiliki anggaran terbatas.

Berbagai fintech sebagai platform penyedia layanan keuangan online, situs belanja daring, hingga layanan dompet digital menawarkan diversifikasi produk ke ranah pembiayaan kredit.

Hingga kini, beragam jenis e-commerce telah menggandeng fintech untuk pengajuan pinjaman, seperti Gopay yang menyediakan fitur PayLater, OVO dengan OVO PayLater, dan berbagai perusahaan market place seperti Traveloka, Shopee, Kredivo, dan sebagainya, yang juga memberikan fasilitas paylater kepada penggunanya.

Baca juga: Universitas Indonesia Sediakan 10.159 Kursi di 5 Jalur Masuk 2023

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com