KOMPAS.com - "Semua butuh perjuangan, kesabaran dan ketekunan. Itu yang saya lakukan. Poinnya yaitu niat, yakin, tekad, usaha dan doa."
Itulah kata-kata Ahmad Abdullah Zawawi, alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) saat ditanya apa kiatnya bisa berhasil menembus 4 kampus top dunia.
Ahmad berhasil diterima di University of Melbourne Australia, Monash University Australia, The University of Sydney Australia, dan Glasgow University, Inggris.
Dengan berbagai pertimbangan seperti durasi kuliah, ranking kampus, dan mata kuliah yang berhubungan dengan karier ke depan, Ahmad akhirnya memilih kuliah di The University of Sydney.
Namun, untuk bisa sampai titik ini, ada perjuangan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Baca juga: Beasiswa S1 Mandiri Tunas Finance, Ada Kesempatan Berkarier
Ahmad mengaku, pernah gagal dalam melamar beasiswa karena kurang persiapan. Ia gagal masuk jalur Bidikmisi untuk jenjang S1 karena kesalahan pendaftaran.
Karena itu, Ahmad tidak mau gagal untuk yang kedua kalinya seperti waktu mendaftar S1 dulu. Karena itu, semuanya benar-benar dipersiapkan dengan matang.
Agar mendapatkan beasiswa LPDP, dia pun berhijrah ke Pare, Kediri untuk mendalami bahasa Inggris selama enam bulan.
“Prinsip saya, bercita-cita atau bermimpi itu gratis dan proses meraihnya pun pasti punya nilai. Hasil dari kerja keras tentu akan berbuah manis pada akhirnya," kata dia dilansir dari laman Unesa.
Sebelum mengambil S2, ia merupakan lulusan S1 Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).
Pria yang akrab disapa Ahmad ini terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Kondisi ini tak membuatnya minder apalagi putus asa.
Justru ini menjadi cambuk semangatnya untuk terus belajar dan giat mengembangkan diri dalam dan luar kampus.
“Ayah sudah meninggal dunia sejak saya masih di sekolah dasar. Sejak itu Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga yang sehari-harinya bekerja sebagai penjual es,” ungkapnya.
Setelah lulus dari SMK Negeri 1 Surabaya, Ahmad bermaksud langsung mencari kerja mengingat kondisi ekonomi orang tuanya. Ibunya pun tidak memperbolehkan dia untuk kuliah karena kendala biaya.
Di tengah himpitan pilihan dan tuntutan itu, dalam hati kecil Ahmad tertanam keinginan untuk kuliah. Sampai akhirnya dia meyakinkan orang tuanya dan mendapat restu untuk kuliah di Unesa jalur beasiswa Bidikmisi.