Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen FEB Unair: Investasi Paling Aman dan Tidak Berisiko Adalah Emas

Kompas.com - 02/01/2023, 18:52 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Dr. Rossanto Dwi Handoyo angkat bicara soal kenaikan suku bunga di Amerika (The Fed) yang diikuti dengan kenaikan suku bunga di Indonesia (BI).

Berkaitan dengan hal itu, dia menyebut beberapa contoh wadah investasi yang aman untuk menyelamatkan ekonomi makro.

Baca juga: Unesa Peroleh Rekomendasi Dirikan Fakultas Kedokteran

Salah satunya adalah memegang mata uang asing, saham, properti, emas, dan obligasi (surat hutang).

Rossanto menekankan masing-masing investasi harus memahami polanya.

Menurutnya, untuk sekarang lebih baik tidak bermain mata uang asing.

Pasalnya, rupiah sedang mengalami depresiasi 7 hingga 8 persen sehingga akan mempengaruhi faktor kurs dollar di pasar valas.

Pemicunya, investor sedang banyak membeli dollar sehingga menyebabkan rupiah melemah.

Begitupun dengan saham, tidak semua saham bagus, tetapi ada yang minus.

"Jika ada orang luar negeri menanamkan saham di Indonesia tetapi keuntungannya kurang dari 7-8 persen kan artinya rugi, sehingga investor akan mencari alternatif aset lain," ungkap dia dalam keterangannya dikutip dari laman Unair, Senin (2/1/2023).

Tak hanya itu, properti rumah kini lagi lesu karena pembelian tidak bereaksi cepat.

Baca juga: 11 Kampus Punya Jurusan Ilmu Komunikasi dengan Nilai Akreditasi Unggul

Tak ayal, Rossanto menilai kenaikan suku bunga yang agresif juga berpengaruh pada kenaikan harga properti.

Oleh sebab itu, untuk saat ini salah satu aset paling tidak berisiko ialah emas.

"Aset paling aman ya emas, emas itu harganya akan naik serta cepat dikonversikan ke uang. Saat suku bunga naik, harga penjualan emas turun, hal itulah yang mendorong masyarakat mengalihkan kepemilikan asetnya menjadi emas," ucap dia.

Rossanto menambahkan, obligasi atau surat utang juga mendapatkan pengaruh signifikan dari kenaikan suku bunga BI, termasuk obligasi syariah negara atau sukuk negara yang memberikan keuntungan dengan sistem bagi hasil.

Dalam hal itu, pengaruh kenaikan suku bunga BI akan mengakibatkan bunga deposito (tabungan) naik.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com