Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menyoal Mutu Lulusan Perguruan Tinggi Saat Ini

Kompas.com - 21/12/2022, 11:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

WAKTU yang tepat bagi pengelola perguruan tinggi untuk mengetahui tingkat mutu lulusannya adalah dengan mendengarkan langsung testimoni dari para pemangku kepentingan terutama dunia usaha.

Melakukan pertemuan tanpa maksud menghakimi atau mencari siapa yang salah, tetapi demi perbaikan mutu lulusan untuk kepentingan bersama.

Perusahaan membutuhkan calon karyawan yang memenuhi kualifikasi tertentu. Perguruan tinggi wajib membantu menyalurkan lulusannya ke pengguna agar memperoleh pekerjaan yang pantas dan sesuai.

Kesenjangan yang terjadi mengakibatkan lulusan tidak sepenuhnya dapat diterima perusahaan.

Ketika banyak lulusan mengeluh susah memperoleh pekerjaan yang layak, perusahaan juga mengeluh kesulitan memperoleh calon karyawan yang memenuhi standar minimal yang dibutuhkan.

Menurut seorang kepala divisi sumber daya manusia sebuah perusahaan manufaktur yang diundang hadir dalam acara terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), lulusan dalam dua tahun terakhir, memiliki kekurangan dan keunggulan.

Paling mudah memang menilai kekurangan. Setidaknya terdapat lima kekurangan yang menonjol.

Pertama, sejumlah lulusan dianggap hanya memahami “kulit-kulit permukaan” dari suatu bidang yang ditekuni. Ketika dicoba untuk mengelaborasi lebih lanjut justru kesulitan sendiri.

Pemahaman yang dangkal memaksa perusahaan untuk memberikan “pendidikan” lebih lanjut.

Sekarang tidak sedikit perusahaan yang memiliki bagian khusus seperti layaknya lembaga pendidikan yang bertugas mengajarkan materi khusus sesuai bidang industri kepada para karyawannya.

Kedua, mudah menyerah ketika mulai menemukan tantangan. Banyak lulusan yang masih mencoba-coba. Ketika merasa sulit dengan cepat memutuskan untuk mundur (resign). Atau ketika pekerjaan yang ditekuni tidak sesuai dengan ekspektasi, malah kabur.

Ketiga, masih perlu meningkatkan kemampuan interaksi sosial terutama ketika mempresentasikan ide, pemikiran, dan gagasan.

Dua tahun pembelajaran secara daring ternyata berdampak terhadap gaya komunikasi lulusan masa kini. Saat ini mayoritas perusahaan telah menerapkan kerja seperti biasa, yaitu di kantor, tidak lagi work from home (WFH).

Sebagian lulusan yang telah terbiasa dengan gaya fleksibel bekerja dan belajar di mana saja, tampaknya harus kembali beradaptasi dengan gaya konvensional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com