Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di SD Ini, Dosen USD Beri Edukasi Seks hingga Cara Mencegah Pelecehan Seksual

Kompas.com - 12/12/2022, 12:50 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Di zaman serba modern saat ini, gawai atau ponsel pintar menjadi jendela informasi. Meski banyak sisi positif, tapi ada pula sisi negatifnya.

Terlebih jika disalahgunakan, apalagi bagi anak di bawah umur. Maka dari itu, butuh peran serta berbagai pihak selain orangtua.

Hal yang paling dikhawatirkan oleh orangtua ialah jika sang anak membuka konten-konten dewasa. Tentu, konten tersebut belum seharusnya dipahami oleh anak di bawah umur.

Apalagi jika sang anak sudah memasuki masa pubertas, maka konten-konten dewasa harus dihindari.

Baca juga: SDK Sorowajan Bantul Besok Gelar Parents Participation, Giliran Ortu Jadi Guru

Meski demikian, anak yang sudah masuk masa pubertas harus mendapatkan edukasi seksual. Tujuannya agar anak tahu dan paham apa yang harus dilakukan ketika sudah masuk masa pubertas.

Terkait hal itu, SD Kanisius Sorowajan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar sarasehan dan pembekalan bertema "Nyaman dengan keberadaan diri sebagai laki-laki atau perempuan".

Kegiatan yang digelar di sekolah setempat, Senin (12/12/2022) tersebut menghadirkan akademisi dari Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Cara mengatasi pelecehan seksual

Menurut Dosen Prodi PGSD USD, Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., anak-anak saat ini punya rasa ingin tahu yang tinggi. Apalagi dengan adanya gawai, mereka bisa membuka beragam informasi.

"Jika anak membuka konten dewasa, itu sebenarnya belum boleh. Karena dampaknya sangat kurang baik. Apalagi sampai kecanduan, itu tidak baik," ujar Nina sapaan Ignatia Esti Sumarah kepada Kompas.com disela kegiatan.

Karena itu dengan adanya sarasehan dan pembekalan ini, pihaknya ingin memberikan edukasi seksual pada siswa SD yang sudah atau akan memasuki masa pubertas.

Sedangkan terkait pelecehan seksual, dosen lain Natalina Premastuti Brataningrum, M.Pd., mengatakan bahwa dengan pembekalan ini siswa SD menjadi tahu bagaimana harus bersikap ketika ada orang lain terlebih lawan jenis yang melakukan pelecehan seksual.

Baca juga: Sehari Mengajar di Kelas, Ortu: Ternyata Tidak Gampang Jadi Guru

"Misalnya jika ada siswi yang dipegang tubuh sensitif atau dipeluk oleh pak guru, maka harus berani bersikap dan mengatakan kalau keberatan jika dipeluk," kata dia.

"Jadi, cara ngomongnya saya dapat pesan ibu kalau tubuh saya harus dihormati. Saya keberatan jika pak guru memeluk saya," tegas Natalina.

Intinya, siswa dan siswi harus berani mengungkapkan dan mengatakan kalau tidak berkenan jika disentuh atau dipeluk oleh lawan jenis.

Seandainya siswa dan siswi tidak berani mengatakan secara langsung, maka bisa menceritakan kepada guru lain atau kepala sekolah jika mendapatkan perlakuan yang mengarah pada pelecehan seksual.

Dosen Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma (USD), Andreas Erwin P, S.Pd., M.Pd., saat memberikan materi mengenai edukasi seksual di SDK Sorowajan, Senin (12/12/2022).KOMPAS.com/Albertus Adit Dosen Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma (USD), Andreas Erwin P, S.Pd., M.Pd., saat memberikan materi mengenai edukasi seksual di SDK Sorowajan, Senin (12/12/2022).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com