Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di NTT, Dosen IPB Kenalkan Budidaya Padi SRI yang Hemat Air

Kompas.com - 07/12/2022, 16:19 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Seiring perkembangan teknologi, di dunia pertanian kini juga mulai menerapkan teknologi. Seperti halnya yang dilakukan dosen IPB University dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dosen dari kedua kampus tersebut melakukan ujicoba budidaya padi System of Rice Intensification (SRI) di Mauliru, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di NTT itu, ujicoba dilakukan untuk peningkatan produksi dan efisiensi irigasi dengan menerapkan sistem monitoring lingkungan berbasis IoT (internet of things).

Baca juga: Beras Analog Ubi Jalar Ungu Inovasi Dosen IPB Cocok bagi Penderita Diabetes

Dosen tersebut ialah Dr. Chusnul Arif dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University dan Dr. Bayu Dwi Apri Nugroho, dosen dari Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, UGM.

Adapun praktik tanam telah dilakukan pada 16 Agustus 2022. Untuk panennya pada 16 November 2022 lalu.

Dalam proses budidaya, petani didampingi oleh tim peneliti UGM, Umi Hapsari dan Badi'atun Nihayah, khususnya dalam pengaturan air irigasi.

Terjadi peningkatan produksi

Dari hasil panen menunjukkan adanya peningkatan produksi yang sangat signifikan.

"Dari hasil uji coba, kami tidak menyangka bisa menghasilkan produksi yang sangat tinggi. Mudah-mudahan bisa direplikasi oleh petani lain tentu dengan dukungan dari pemerintah setempat," ujar Dr. Chusnul Arif seperti dikutip dari laman IPB, Rabu (7/12/2022).

Chusnul Arif menjelaskan beberapa keunggulan dari budidaya SRI ini, yakni lebih hemat bibit dan air. Tentu kuncinya ada di sistem aerasi tanah.

Dengan irigasi berselang, aerasi tanah dapat ditingkatkan sehingga oksigen tersedia cukup di daerah perakaran.

"Sumba Timur dikenal daerah yang terbatas sumberdaya airnya, sehingga air irigasi perlu digunakan lebih efektif dan efisien," kata dia.

Ketua Kelompok Tani Setia Kawan, Hanis Hina Konda Namu mengatakan, dengan sistem SRI diperoleh produksi 10.72 ton per hektar, jajar legowo 2-1 sebesar 9.97 ton per hektar dan konvensional 9.94 ton per hektar.

"Hasil ini merupakan hasil terbesar selama kami melakukan budidaya padi," ungkapnya.

Baca juga: Mahasiswa IPB Inovasi Sabun, Mandi Tanpa Bilas Air

Sementara penyuluh pertanian dari daerah itu, Muslihin mengaku bahwa selama puluhan tahun mendampingi petani, ini merupakan hasil produksi terbesar.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Sumba Timur, Nico Pandarangga menyatakan bahwa hasil panen tersebut bisa direplikasi di tempat lain.

"Hasil ini perlu dicatat dan direplikasi di tempat lain. Kami ucapkan terima kasih atas dukungan dan pendampingan yang dilakukan perguruan tinggi terbaik di Indonesia," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com