Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Perjenjangan Buku Bantu Masyarakat Akses Bacaan Sesuai Kebutuhan

Kompas.com - 01/12/2022, 07:30 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Setiling, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) Maun meyakini bahwa semua anak itu pintar serta memiliki minat dan bakatnya masing-masing.

Oleh karena itu, ia terus berupaya agar setiap anak mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini penting karena akan menjadi dasar bagi kemampuan belajar mereka pada jenjang yang lebih tinggi.

Bekerja sama dengan Universitas Mataram (Unram), Maun mendorong pendekatan pembelajaran berbasis kemampuan siswa melalui program Semua Anak Cerdas (SAC)-Cakap Literasi dan Numerasi Dasar.

SAC-Cakap Literasi dan Numerasi Dasar merupakan sebuah program dengan implementasi menitikberatkan pada penguatan kemampuan literasi dan numerasi.

Dalam implementasinya, Maun awalnya mengelompokkan para siswa ke dalam tiga klaster, yakni kelompok huruf, kelompok kata, dan kelompok cerita.

Baca juga: Mengetik Tiga Huruf Ini di Safari Bisa Bikin iPhone Hang

Kelompok huruf diperuntukkan bagi siswa yang belum mengenal huruf, sedangkan kelompok kata adalah kelompok siswa yang sudah mengenal huruf, tetapi belum mampu membaca kata dengan baik.

Sementara itu, kelompok cerita adalah kelompok siswa yang sudah mampu membaca kata dan suku kata dengan baik, tetapi belum begitu lancar membaca kalimat atau cerita.

Kelompok cerita kemudian dibagi lagi menjadi dua, yaitu kelompok cerita I dan II. Kelompok cerita I adalah kelompok bagi anak-anak yang lancar membaca kata, tetapi belum lancar membaca kalimat.

Sementara itu, kelompok cerita II adalah kelompok untuk anak-anak yang sudah lancar membaca kalimat, bahkan cerita.

Menariknya, Maun dan guru-guru di sekolahnya memiliki pendekatan unik pada anak-anak di kelompok cerita agar terus mematangkan kemampuan bacanya dan makin memahami cerita. Dalam kelompok ini, anak-anak didorong untuk menampilkan cerita dalam sebuah pertunjukkan.

Baca juga: Polisi Periksa 7 ABH Perundung Siswa Kelas 2 SD di Kepanjen, Psikolog: Berikan Sanksi Sebagai Efek Jera

“Jadi, siswa-siswa yang masuk kelompok cerita, selain terus mematangkan kemampuan membaca kalimatnya, kami arahkan untuk bagaimana membawakan cerita tersebut menjadi sebuah pertunjukan di dalam kelas,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (30/11/2022).

Sebisa mungkin, lanjut Maun, cerita yang siswa baca berupa cerita-cerita populer Indonesia dan lokal daerah

Walau menemui tantangan seperti terbatasnya sumber daya manusia (SDM), Maun dan guru-guru di sekolahnya mengungkapkan tidak lelah berjuang.

Bahkan, perjuangan tersebut telah mendapatkan apresiasi dan dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Tengah.

Maun hingga saat ini tetap berpegang teguh pada keyakinannya bahwa tidak ada anak-anak yang bodoh.

Baca juga: Siswa Belum Dapat Bantuan Program Indonesia Pintar? Ini Kata Kemendikbud

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com