Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museun Nasional Sajikan Karya Seniman Lewat Blockchain

Kompas.com - 28/10/2022, 20:07 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Artopologi membuka pameran karya seni terintegrasi blockchain bertajuk "Rekam Masa" di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran ini akan berlangsung pada 28 Oktober hingga 6 November 2022.

Tak hanya mengangkat karya dan peristiwa seni di ruang pamernya, "Rekam Masa" juga memperkenalkan kelebihan teknologi blockchain untuk merekam portofolio seorang seniman, jejak sebuah karya, dan menyimpan sertifikat keasliannya dalam bentuk digital.

Baca juga: Kisah Ale, Wisudawan ITB dengan IPK Tertinggi 3,98

"Rekam Masa" adalah sebuah pameran yang mengambil tema perjalanan waktu antara seni yang berpadu dengan teknologi.

Makna "Rekam Masa" juga mengacu pada stempel waktu yang menjadi landasan teknologi blockchain, di mana setiap karya seni dalam pameran terintegrasi ke dalam jaringan tersebut.

Karya seni fisik yang ditampilkan dalam "Rekam Masa", di antaranya lukisan, fotografi, patung, instalasi, pertunjukan, serta fashion masterpiece.

Karya-karya yang ditampilkan merupakan karya dari Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiarjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan para seniman lainnya. Terdapat pula sajian karya seni digital dan instalasi art wedding.

Pada kesempatan sama, diluncurkan lokapasar Artopologi.com sebagai platform bertemunya para pencipta dan pecinta seni.

Lokapasar itu hadir sebagai penyedia layanan sertifikasi keaslian digital berbasis blockchain untuk karya seni fisik seperti lukisan, patung, instalasi seni, objek seni, yang bersifat unik.

Founder Artopologi, Intan Wibisono mengatakan, penyelenggaraan pameran itu didorong oleh semangat mendukung konvergensi dunia seni dengan teknologi.

"Kami ingin menghubungkan ekosistem seni dengan inovasi teknologi, sebagai gerbang baru pembuka jalan bagi seni untuk terus tumbuh dan bergerak maju," ucap dia di Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Dia mengaku, saat ini teknologi telah bergerak menuju Web3 yang merupakan generasi ketiga dari jaringan internet.

Baca juga: 2 Sekolah Kedinasan Tidak Gunakan Syarat Tinggi Badan, Ini Dia

Menurut Intan, dirinya ingin mengambil andil dalam membantu para seniman dan pecinta seni dalam mengadopsi teknologi Web3.

Setiap karya seni yang ditampilkan akan didaftarkan di blockchain untuk mendapatkan sertifikat digital yang menjamin keotentikannya.

"Certificate of Authenticity (COA) ini juga berfungsi mengoptimalkan perlindungan hak penciptanya, sekaligus memberikan rasa aman bagi pecinta seni yang mengoleksi karya tersebut," jelas Intan.

Anggota Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Ricky Pesik mengapresiasi dan memberi dukungannya atas inisiatif yang dilakukan Artopologi.

Dia menyebut, Artopologi dapat dibilang eksperimental tapi sangat penting untuk perkembangan ekosistem seni rupa kontemporer secara keseluruhan.

Baca juga: Ini Respons Mendikbud Ristek Soal Penghapusan PR Siswa SD dan SMP

"Semoga akan hadir pameran-pameran dengan terobosan, konsep, dan model baru yang memberi ruang kepada seniman-seniman kita menampilkan cara-cara baru kepada publik," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com