Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Anti Menganggur di Era Digital dari Rektor UNU Yogyakarta

Kompas.com - 29/09/2022, 19:06 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Data World Economic Forum menunjukkan pada tahun 2025 akan ada 85 juta lapangan kerja yang terdisrupsi dan berpotensi digantikan mesin. Oleh karena itu, memperoleh gelar Sarjana tidak menjamin seseorang bisa langsung sukses.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta (UNU Yogyakarta) Widya Priyahita Pudjibudojo mengatakan, sarjana harus terus meningkatkan kemampuan diri jika mau bertahan di tengah era digital.

"Saat ini kita menghadapi triple disruption, bahkan disrupsi 4 lapis. Yakni disrupsi revolusi dan bisnis, disrupsi pandemi, disrupsi anak muda. dan disrupsi perubahan alam," kata Widya Priyahita dalam webinar Sevima di Hari Sarjana Indonesia, Kamis (29/9/2022).

Menurutnya, ada job lost atau pekerjaan yang hilang dan ada pula job gain atau pekerjaan yang dulu tidak ada namun sekarang muncul dan berkembang pesat.

 

"Hal-hal yang terkait digital. Para sarjana perlu segera meningkatkan kemampuan diri," kata Widya yang kini juga menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara ini.

Baca juga: 9 Bahasa Paling Diminati untuk Dipelajari di ASEAN, Indonesia Termasuk

Rektor UNU Yogyakarta ini memberikan 4 tips bagi mahasiswa Untuk meningkatkan peluang sukses di masa depan. Ada 4 tips bertahan dan anti-menganggur yang disampaikan Rektor UNU Yogyakarta. Berikut tipsnya:

1. Pahami peluang yang ada

Widya mengatakan, Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia telah merilis informasi bahwa setidaknya ada 9 juta talenta digital yang dibutuhkan di Indonesia. Namun berdasarkan prediksi yang bisa dipenuhi saat ini baru sekitar 2,5 juta talenta saja.

Sehingga masih ada kesempatan bagi generasi muda untuk mengasah bakatnya di bidang digital, karena lapangan kerja tersedia luas. Peluang lainnya di berbagai bidang terkait digital juga tersedia.

Misalnya seseorang yang punya jiwa seni, dulu akan berkarya sebagai seorang pelukis saja. Tapi sekarang peluang kerja baru bagi anak seni makin terbuka lebar. Misalnya sebagai desainer grafis maupun pembuat konten.

Widya berharap para sarjana jeli dalam memahami peluang, jangan hanya berpikir linear dan menunggu.

"Bahkan dengan Linkedin dan berbagai aplikasi untuk memamerkan portofolio. Asalkan sarjana itu punya karya, bisa membuat produk yang dijual ke seluruh dunia. Cukup internet, dan modal Bahasa Inggris, bisa mendapatkan klien untuk desain dan content maker (pembuat konten) dari luar negeri dengan gaji dollar," ungkap Widya.

Dia menerangkan, mahasiswa jangan hanya belajar linier. Karena anak politik bisa belajar digital, anak kedokteran juga bisa belajar digital.

"Belajar apapun pasti ada manfaatnya," tandasnya.

Baca juga: Mahasiswa, Ini Tips Ikuti Kuliah Luring dari Akademisi Unair

2. Jangan ragu belajar di luar bidangnya

Menurut Widya saat ini adalah era hybrid (campuran dengan teknologi) bukan lagi linear (ilmu murni). Tak terkecuali dalam pola pikir dan pembelajaran. Semua bidang ilmu bisa dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi.

Widya mencontohkan dunia pendidikan, yang jika dilakukan secara linear maka hanya akan berfokus pada pembelajaran di ruang kelas.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com