Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Jadi Guru PNS, Putri Buruh Bangunan Ini Pernah Kerja Karyawan Toko

Kompas.com - 03/08/2022, 12:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Siapa sangka, guru PNS ini adalah putri seorang buruh bangunan. Tapi sebelum jadi PNS, perjuangan Novi Dwi Astuti tidak mudah.

Alumnus SMAN 2 Bantul ini bahkan pernah hampir gagal melanjutkan studi di SMA. Tetapi, karena niat yang kuat untuk melanjutkan studi di pendidikan tinggi, akhirnya Novi bisa kuliah gratis di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Bahkan sebelum kuliah, dia juga pernah menjadi pelayan toko di Bantul setamat SMA karena ketiadaan biaya. Akan tetapi, Novi diterima di program studi PGSD UNY dengan menggunakan beasiswa Bidikmisi sehingga bebas biaya kuliah dan mendapatkan uang saku bulanan.

Baca juga: Mahasiswa Baru UGM Ini Dinyatakan Berasal dari Pulau Terjauh

Putri kedua pasangan Gitono dan Sartiyah yang berprofesi sebagai buruh bangunan dan buruh tani tersebut berhasil menamatkan studi di UNY dengan IPK 3,88 dengan masa studi 3,5 tahun.

Tak pernah meminta uang saku

Menurut Gitono, sejak kecil Novi tidak pernah meminta uang saku pada orang tuanya. "Saya mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan, namun saya tidak punya biaya," ucap Gitono dikutip dari laman UNY, Selasa (2/8/2022).

Namun Gitono merasa sangat bersyukur karena putrinya bisa mendapatkan beasiswa bidikmisi di UNY.

Semenatra Sartiyah mengisahkan bahwa saat duduk di SMA, Novi lolos menjadi finalis Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten Bantul, DIY dan memperoleh hadiah uang tunai Rp 2,5 juta.

"Uang itu dia berikan pada suami saya yang sedang memperbaiki rumah kami, untuk membeli semen," ungkapnya.

Sartiyah juga mangatakan bahwa setamat SMP hampir saja Novi tidak dapat melanjutkan studi di SMA karena ketiadaan biaya.

Baca juga: Akademisi UNY: Ini Penyebab dan Dampak Pernikahan Dini

Untunglah ada tetangga yang kebetulan juga guru di salah satu SMA di Bantul mau membiayainya bersekolah. Akhirnya dia diterima di SMAN 2 Bantul.

Lagi-lagi karena prestasinya, dia bisa masuk ke Kelas Cerdas Istimewa di sekolahnya, sehingga terbebas dari kewajiban membayar SPP.

Namun sebelum menjadi PNS, Novi juga harus berjuang. "Pada Januari 2019 saya menjalani sidang skripsi. Tetapi karena satu dan lain hal, saya tidak bisa mengikuti yudisium di bulan Februari. Akhirnya saya mencoba melamar menjadi guru wiyata bakti di 15 sekolah di kecamatan saya," kata Novi.

Tak kunjung mendapat panggilan, akhirnya Novi diterima menjadi guru pendamping khusus di salah satu SD inklusi di Bantul.

Selang dua minggu menjadi guru pendamping ada salah satu SD Negeri di Sanden yang memanggilnya, yaitu SD Tegalsari tempatnya bekerja sekarang.
Novi mendapat tugas untuk menjaga perpustakaan sambil menunggu ada guru yang pensiun di bulan September.

Hingga akhirnya timbul keinginan menjadi guru sekolah dasar seperti ilmu yang didapatkan di UNY. Keberuntungan masih menaungi Novi, pada November 2019 pendaftaran CPNS dibuka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com