Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Terancam Resesi, Ini Saran Ekonom Unair untuk Pemerintah

Kompas.com - 22/07/2022, 13:25 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Bloomberg belum lama ini merilis hasil survei yang menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-14 dari 15 negara yang terancam resesi.

Indonesia terancam resesi dengan probabilitas sebesar 3 persen, sementara urutan pertama diduduki oleh Sri Lanka dengan probabilitas mencapai 85 persen.

Baca juga: Kisah Perjuangan Anak Petani Raih Kuliah Gratis di UGM

Meskipun kemungkinan resesi Indonesia kecil, namun kondisi ekonomi sekarang ini tetap patut diwaspadai.

Menanggapi kondisi perekonomian Indonesia saat ini, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair), Dr. Imron Mawardi angkat suara.

Dia menyarankan 2 hal kepada pemerintah Indonesia sebagai pemangku kebijakan dengan adanya survei yang menyebut Indonesia terancam resesi.

Dua hal terseburit berkaitan dengan ketahanan pangan dan keputusan dalam peminjaman utang.

Tidak dapat dipungkiri, kata dia, jika resesi benar terjadi maka dampaknya ialah masyarakat sulit untuk menjangkau kebutuhan pokok seperti pangan dan energi.

"Sulitnya memperoleh barang-barang kebutuhan dipengaruhi ketersediaan yang minim dengan tren harga yang melambung tinggi," ungkap dia melansir laman Unair, Jumat (22/7/2022).

Menurut Dr. Imron, kondisi ini dapat diantisipasi dengan cara meningkatkan transportasi massal demi menghemat cadangan energi dan menambah buffer atau cadangan untuk pangan.

"Saya kira yang harus diwaspadai oleh pemerintah ke depan itu ialah pangan dan energi. Itu yang harus diperhatikan. Karena (masa mendatang) ada peningkatan kebutuhan pangan dan energi yang besar sementara produksi energi dan pangan itu boleh dikatakan stag begitu ya. Artinya, sulit untuk ditingkatkan yang signifikan," ungkap dia.

Kebijakan pemerintah, lanjut dia, dalam mengantisipasi kenaikan harga energi bisa dilakukan dengan cara meningkatkan produksi energi alternatif, seperti tenaga surya atau meningkatkan transportasi massal untuk menurunkan penggunaan BBM pada kendaraan pribadi.

Baca juga: Pakar Unair Tanggapi Fenomena Citayam Fashion Week

Hal itu yang masih mungkin dilakukan, karena selama ini Indonesia masih menjadi net importir energi.

Kemudian, kenaikan tren harga dari pangan dunia perlu dicarikan solusi dengan cara menambah buffer atau memperkuat ketahanan pangan sebelum terjadinya krisis.

Hal itu penting dilakukan mengingat Indonesia masih cukup tergantung dengan beberapa produk pangan dunia.

"Ada tren pangan dunia akan naik, sementara kita cukup tergantung dengan beberapa produk pangan dunia, seperti kedelai, jagung, kemudian produksi pangan yang lain yang trennya itu juga akan meningkat kedepan. Sehingga ini juga harus diantisipasi dengan pemerintah dengan membentuk buffer yang kuat disana (pangan) termasuk juga padi," jelas dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com