Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Krisis Pangan Telah Terasa, Ini Tanda-tandanya

Kompas.com - 22/06/2022, 17:23 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Krisis pangan 2022 yang melanda banyak negara dunia sudah ada di depan mata. Bahkan, beberapa negara ternyata sudah mulai merasakan dampaknya.

Boleh saja orang mengabaikan soal krisis pangan ini karena masih bisa makan, tetapi krisis pangan sesungguhnya sudah sangat terasa. Hal tersebut dapat dilihat dengan naiknya harga bahan pangan saat ini.

Baca juga: Pengendara Motor Diimbau Tidak Pakai Sandal Jepit, Ini Kata Pakar UGM

Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jaka Widada menyatakan, tanda-tanda krisis pangan itu sudah ada ditandai dengan iklim yang tidak menentu, hujan ekstrem, bencana alam dan lain-lain.

Akibatnya petani gagal panen karena kebanjiran atau kekeringan dan gagal panen karena ledakan hama dan penyakit.

"Itu sebenarnya tanda-tanda krisis pangan akan terjadi. Jumlah penduduk terus naik, sementara kenaikan jumlah pangan tidak seimbang dengan kenaikan jumlah penduduk," ujar dia melansir laman UGM, Rabu (22/6/2022).

Bahkan, katanya, FAO sebagai badan pangan dunia memperkirakan di tahun 2050 penduduk dunia tembus 10 miliar.

Jumlah penduduk yang sedemikian besar tersebut tentunya memerlukan pangan yang sangat luar biasa jumlahnya.

Agar tidak terjadi kelaparan maka harus ada peningkatan produksi pangan dunia.

Produksi pangan tersebut idealnya untuk saat ini harus berkisar 70 persen, jika sebagian negara masih sekitar 10 persen maka bukan persoalan mudah untuk mengejarnya.

"Memang antar negara yang satu dengan negara yang lain beda-beda. Bisa-bisa di tahun-tahun itu akan banyak tragedi kelaparan juga. Untuk negara-negara seperti Cina, Israel, Amerika, Uni Eropa sejak sekarang sudah mempersiapkan," jelas dia.

Baca juga: Pakar UGM: Beban Subsidi BBM Sudah Terlalu Besar

Dia menjelaskan untuk menghadapi krisis pangan yang mungkin terjadi ini ada beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat.

Di antaranya bagaimana upaya menghadapi perubahan iklim, pengembangan varietas yang adaptif, persoalan pupuk, persoalan perilaku tidak boros dan persoalan regenerasi petani.

Perubahan iklim yang terjadi saat ini menjadi kendala tersendiri dalam pertanian. Pemanasan global yang menjadikan suhu lebih panas dan CO2 lebih tinggi menjadi sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian.

Menurut Jaka, tidak hanya menurunkan hasil produksi, kondisi ini bisa berdampak pada gagal produksi.

Persoalan yang dihadapi di antaranya persoalan air, dan jika masyarakat saat ini mengandalkan air tanah sebagai sumber pengairan maka dikhawatirkan 10 tahun ke depan sumber-sumber air habis dan akan memunculkan kekeringan permanen di sejumlah daerah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com