Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Ada Lagi Korban Bullying, Sekolah Harus Terapkan 5 Upaya Ini

Kompas.com - 16/06/2022, 12:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus bullying, kembali muncul setelah banyaknya sekolah memulai pembelajaran tatap muka. Seperti kasus siswa SD di Binjai yang mengalami perundungan atau bullying hingga meninggal dunia.

Lalu, seorang murid MTs di Kotamobagu, Sulawesi Utara juga meninggal akibat dikeroyok oleh teman-temannya.

Bullying atau perundungan adalah peristiwa yang cukup sering ditemukan, terlebih di lingkungan sekolah. Tindak perilaku perundungan di sekolah tentunya perlu menjadi perhatian khusus oleh banyak pihak. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi kasus perundungan.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Ada 3 Dosa di Sekolah yang Tidak Boleh Ditoleransi

Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya penanggulangan tindak perundungan di sekolah. Salah satunya adalah dengan menggandeng UNICEF Indonesia untuk bersama-sama membentuk program “Roots”.

Roots adalah sebuah program pencegahan perundungan berbasis sekolah yang telah telah dikembangkan oleh UNICEF Indonesia sejak tahun 2017 bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, serta praktisi pendidikan dan perlindungan anak.

Fokus dari program ini adalah mengatasi perundungan di sekolah dengan melibatkan teman sebaya.

Beberapa siswa yang memiliki pengaruh terhadap teman-teman di sekolahnya akan dibentuk menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak positif terhadap tindak perundungan. Berikut ini adalah detail dari program Roots, dilansir dari laman Direktorat SMP Kemendikbudristek.

Baca juga: Universitas Pertamina Hadirkan Aplikasi “Healing” Bantu Korban Bullying

1. Melakukan survei

Tahap awal dari program Roots adalah melakukan survei terhadap para peserta didik dan juga guru seputar perundungan di lingkungan sekolahnya.

Mereka diberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai perundungan seperti pernahkah melakukan perundungan, pernahkah menjadi korban perundungan, apa yang dilakukan ketika melihat perundungan, dan sebagainya.

Survei dilakukan secara anonim agar identitas responden tetap terjaga rahasianya. Dengan dilakukan survei, nantinya bisa diketahui data terkait perundungan yang dapat dijadikan landasan pemetaan tindakan selanjutnya.

2. Pemilihan agen perubahan

Pemilihan agen perubahan menggunakan teori jejaring sosial. Metode yang dilakukan adalah setiap peserta didik setiap angkatan diminta menuliskan 10 nama teman terdekatnya. Nantinya akan ada sekitar 40 agen perubahan di sekolah

Hal ini sangat penting karena dalam jejaring sosial ingin didapat data mengenai peserta didik mana saja yang paling berpengaruh dan paling didengar oleh peserta didik lainnya. Pemilihan agen perubahan ini bertujuan untuk bisa memengaruhi peserta didik lain agar peduli terhadap kasus perundungan yang terjadi di sekolahnya.

3. Pelatihan agen perubahan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com