KOMPAS.com - Metaverse menjadi teknologi baru yang banyak diperbincangkan dan akan makin berkembang di masa yang akan datang.
Bahkan teknologi metaverse menjadi suatu potensi yang besar dalam menunjang dunia pendidikan karena merupakan suatu masyarakat baru pada masa yang akan datang.
Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan (FTI Unpar) Dr. Christian Fredy Naa mengatakan, Metaverse bukan hanya sekadar dunia Virtual Reality (VR) atau Augmented Reality (AR).
"Kalau kita hanya sekadar by invitation, ya itu VR doang. Tapi kalau kita masuk dan bertemu dengan banyak orang, sama seperti kita masuk di web, kita masuk di forum, kemudian kita bisa kasih komentar, itulah yang disebut dengan Metaverse," kata Christian seperti dikutip dari laman Unpar, Senin (6/6/2022).
Baca juga: Tips Cegah Penculikan Anak dari Dosen Unair, Orangtua Wajib Tahu
Dia mengatakan, jika Metaverse berkaitan dengan pengalaman dalam ranah pendidikan. Termasuk didalamnya yaitu mengajar yang merupakan penyampaian konten dan pemberian pengalaman belajar pada yang diajar.
"Pengalaman belajar dari yang kita ajar juga penting untuk kita lihat. Pengalaman itu soal kalau kita nurunin rumus, apakah pakai slide atau pakai papan tulis," terang dia.
Menurutnya, kadang yang dilihat, patut diakui bahwa yang disampaikan adalah kontennya. Tidak pernah terpikir bagaimana pengalaman atau experience belajarnya.
Christian menyampaikan, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman dalam cara memberikan pengajaran adalah spektrum bagi para pengajar.
"Kenapa saya mau katakan antara konten dan experience, karena disitulah Metaverse dan Virtual Reality masuk. Memberikan experience yang berbeda," urai Christian.
Baca juga: Pakar UGM Sebut Ajang Formula E Upaya Wujudkan Zero Emission
Mengambil dari Boud & Pascoe, Christian menjelaskan, terdapat tiga elemen penting dalam pengalaman belajar siswa atau mahasiswa, yaitu kontrol, refleksi dan keterlibatan/engagement.
Christian menekankan, selama pembelajaran online saat pandemi Covid-19, pengalaman belajar tersebut hilang. Salah satunya menghilangnya percakapan sehari-hari.
"Jadi yang hilang itu bukan kesempatan belajar, waktu kita balikin dari belajar luring ke daring yang kita kasih itu hanya kontennya kalau boleh kita akui. Pembelajarannya saja, situasi akademiknya, diskusinya, kemudian ngobrol ringannya, ngerjain kelompok barengnya, ya hilang. That’s why orang orang merasa lelah," papar dia.
Baca juga: Mahasiswa Unesa Bagikan Tips Raih Beasiswa Luar Negeri
Penggunaan VR, lanjut Christian, memiliki konten yang tetap sama. Namun memiliki pengalaman yang berbeda dalam belajar terlebih di masa pandemi yang bahkan menghilangkan lingkungan akademik.
"Hanya pengalaman yang berbeda yang bisa membuat seseorang belajar lebih dalam," tandas Christian.
Terdapat peluang dan tantangan yang akan dihadapi, diantaranya: