Oleh: Lita Dwiputeri (Mahasiswa Program Studi Psikologi Profesi Jenjang Magister Universitas Tarumanagara) | P. Tommy Y. S. Suyasa (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)
KOMPAS.com - Belajar adalah tanggung jawab utama seorang mahasiswa. Belajar sebenarnya adalah hal yang menyenangkan, tapi pada kenyataannya terkadang malah menjadi hal yang membuat merasa tertekan. Semakin banyak jumlah dan tingkat kesulitan tugas yang diberikan, semakin mahasiswa merasakan stres.
Kondisi ini akan semakin dirasakan ketika mahasiswa memiliki aktivitas lain di luar perkuliahan, seperti bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain tugas-tugas dari perkuliahan, mereka akan mendapatkan tugas-tugas dari atasan dengan tenggat waktu tertentu.
Baca juga: SKB 4 Menteri Terbaru Bolehkan Sekolah Jalani PTM 100 Persen
Dengan kondisi seperti itu, idealnya mahasiswa perlu cermat dalam membagi waktu antara tugas perkuliahan dan tugas di pekerjaan. Namun, pada kenyataannya, seringkali kondisi tidak semudah itu.
Seperti yang dialami oleh seorang mahasiswi di Jakarta yang sedang berkuliah sambil bekerja penuh waktu di suatu perusahaan swasta.
Dia mengambil kelas karyawan dengan jadwal kuliah malam setelah jam kerja. Selain membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan tugas di pekerjaannya, mahasiswi itu juga membutuhkan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.
Untuk menyiasati penyelesaian tugas pekerjaan dan perkuliahan, dia sering begadang sampai larut malam dan merasa kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya.
Dia merasa cemas memikirkan tugas-tugasnya berpotensi tidak selesai tepat waktu. Dia berusaha untuk menyelesaikan seluruh tugasnya, tapi tidak sanggup dan merasa kelelahan.
Bahkan ketika bangun di pagi hari, dia merasa kelelahan dan enggan untuk memulai hari.
Akhirnya, dia terkadang menunda menyelesaikan tugas dengan menonton atau membuka sosial media dan menyia-nyiakan waktu. Alhasil, waktu yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan, malah menjadi semakin sedikit.
Baca juga: Pakar UGM: Arus Mudik 2022 Jauh Lebih Baik Dibanding 2019
Jika kita merasakan hal-hal tersebut di atas, kemungkinan kita sedang mengalami apa yang disebut dengan burnout atau kelelahan psikologis (Leiter & Schaufeli, 1996; Maslach et al.,1996).
Burnout adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan tiga hal, yaitu:
1. Kelelahan secara emosional (emotional exhaustion).
2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan sosial atau tugas/pekerjaan (cynicism).
3 Perasaan tidak yakin untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan dengan baik (professional inefficacy).