Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

"Paperless School", Praktik Baik dari Sekolah Kampung Perkebunan Kutai Barat

Kompas.com - 10/05/2022, 17:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Muslikin, Kepala Sekolah SMPN 2 Gunung Bayan Kutai Barat dan Fasilitator Program Pintar Penggerak

KOMPAS.com - Pandemi membuat pemanfaatan teknologi internet menjadi salah satu kebiasaan baru dalam pembelajaran. Sekarang kebutuhan internet sudah menjadi kebutuhan primer, bukan lagi kebutuhan sekunder atau tersier.

Internet bukan hanya untuk pembelajaran daring, tetapi dimaksimalkan untuk melatih siswa memanfaatkan beragam sumber belajar. Sekolah juga bisa menggunakannya sebagai media paperless.

Walaupun jaringan internet masih menjadi kendala utama, tetapi sekolah kami yang berada di perkampungan Gunung Bayan, Kutai Barat, Kalimantan Timur tetap bisa mengembangkan pembelajaran daring dan membuat program paperless school.

Lalu bagaimana mengembangkannya?

Kendala internet "blank spot"

Infrastruktur jaringan internet di Kabupaten Kutai Barat masih belum merata. Sejak awal tahun 2017, saya memimpin SMPN 2 Gunung Bayan dengan mimpi menjadikan sekolah ini paperless school.

Sekolah dengan orientasi meminimalkan penggunaan kertas, baik dalam proses pembelajaran ataupun pelaporannya.

Hanya saja mimpi atau visi tersebut terkendala dengan tidak adanya sinyal internet. Sekolah kami berada di daerah ‘blank spot’.

Manfaatkan intranet

Keterbatasan tersebut tidak membuat kami berhenti untuk berinovasi. Usaha pertama pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pelatihan apa dan bagaimana paperless school.

Baca juga: Praktik Baik Belajar Menyenangkan, Membuat Lampu Lalu Lintas Sederhana

Kemudian dilanjutkan pelatihan penggunaan jaringan intranet dan pembelajaran berbasis digital, termasuk yang difasilitasi fasilitator Program Pintar Penggerak Tanoto Foundation.

Melalui pelatihan tersebut, semua guru mulai mampu memanfaatkan jaringan intranet untuk pembelajaran walaupun tanpa internet. Pada penggunaan intranet, sistem jaringan ini hanya memerlukan server dan klien.

Di sini server adalah pihak sekolah (guru atau operator) dan kliennya adalah siswa. Dengan cara membagikan password sekolah kepada siswa maka seluruh siswa melalui gawai dapat mengakses semua infomasi dari sekolah.

Dengan kata lain intranet merupakan internet mini atau internet pribadi atau lembaga.

Selanjutnya sekolah kami mulai melakukan pembelajaran dan pengembangan ujian berbasis android dengan aplikasi Ispring. Ketika pandemi Covid-19 melanda, sekolah kami sudah bisa memanfaatkan pembelajaran daring dengan menggunakan intranet.

Tiga manfaat belajar dengan teknologi

Upaya yang kami lakukan, setidaknya mengajarkan beberapa hal pada siswa. Pertama komputer, laptop, dan gadget yang selama ini masih asing dan jarang digunakan, kini siswa sudah mulai dapat mengoperasikannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com