Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Guru, Hardiknas dan Refleksi Idul Fitri

Kompas.com - 06/05/2022, 16:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penulis: Titien Suprihatien, Guru SMPN 11 Batanghari, Jambi

Hari raya telah tiba, seluruh umat islam berbahagia. Begitu juga dengan para guru, hardiknas tahun ini bertepatan dengan hari kemenangan itu. Momen istimewa ini jarang terjadi sehingga sangat tepat rasanya jika para pendidik melakukan refleksi diri.

KOMPAS.com - Besarnya animo satuan pendidikan dalam menerapkan kurikulum merdeka mendapat apresiasi tinggi dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Bagaimana tidak hingga 20 April 2022 tercatat sebanyak 62.955 satuan pendidikan sudah mendaftar sebagai peserta dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mengatasi krisis pembelajaran yang terjadi. Selain krisis akibat kesenjangan pembelajaran antar wilayah, kesenjangan antar kelompok sosial serta learning loss akibat pandemi Covid 19.

Besar harapan pemerintah agar para guru mau saling belajar dan berbagi. Bersama-sama tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat hingga siswa belajar pada orang yang tepat.

Bagaimana cara mewujudkan harapan pemerintah ini?

Kita tidak bisa pungkiri bahwa sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk peningkatan kualitas pendidik.

Berbagai program pelatihan sudah diberikan kepada guru dan tenaga pendidik, tapi pertanyaannya apakah semua effort yang dilakukan pemerintah itu memberikan impact yang tinggi terhadap kualitas pendidikan selama ini?

Membangun manusia adalah investasi yang tidak berwujud nyata. Membangun manusia butuh kerja sama dan niat suci dari berbagai pihak.

Rangking PISA (Program for Internasional Student Assesment) tahun 2018 yang berada diperingkat 74 dari 79 negara.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa Guru PAUD dan SD ke Amerika Serikat

 

Kenyataan ini tidak memberi peluang bagi pendidik untuk membela diri karena jelas hasil tes ini menunjukkan lemahnya pendidikan di Indonesia terutama di bidang Membaca, Matematika dan Sains.

Mengapa ini terjadi? Mari merefleksi diri:

1. Sering ikut pelatihan tapi tidak diimplementasikan

Ini terjadi pada sebagian pendidik, sudah dilatih berkali-kali namun cara mengajar tetap sama saja. Berapa ruginya bangsa kita jika dana yang digelontorkan untuk melatih guru tidak memberikan perubahan positif dalam memfasilitasi pembelajaran di kelasnya.

Kondisi yang diharapkan adalah semua hasil pelatihan harus diimplemetasikan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pelatihan tidak menjadi ajang saling sua dan jalan-jalan saja. Hanya duduk mendengarkan materi tanpa melakukan pemaknaan yang berarti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com