Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/04/2022, 13:13 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pernyataan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri Yaakob yang mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua ASEAN mendapat penolakan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim.

Menurut Nadiem, hal tersebut perlu pengkajian lebih lanjut.

Baca juga: Mendikbud Ristek: Beasiswa Pendidikan Indonesia 2022, Ada 3.000 Kuota

Nadiem juga menilai bahasa Indonesia lebih layak untuk dipertimbangkan sebagai bahasa kedua ASEAN.

Dosen Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Mochtar Lutfi mengaku sepakat dengan pendapat Nadiem Makarim.

Dia mengungkapkan, bahasa Indonesia sudah masuk ke dalam ranah Internasional. Sebab telah diajarkan di 45 negara sejak 2019.

"Kita punya penduduk lebih dari 267 Juta jiwa. Ini dapat menjadi salah satu kekuatan kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua ASEAN," tutur dia melansir laman Jumat (29/4/2022).

Menurut Lutfi, rencana tersebut membutuhkan kerja sama dari semua pihak.

Pemerintah, sebut dia, perlu pandai berdiplomasi untuk mewujudkan hal itu. Para ilmuwan juga perlu untuk mengenalkan bahasa Indonesia dengan melakukan publikasi menggunakan bahasa Indonesia.

"Anak muda juga perlu berkontribusi untuk melestarikan penggunaan bahasa Indonesia dalam aktivitas sehari-hari," jelas dia.

Baca juga: Kawasan IKN Berpotensi Krisis Air Bersih, Ini Tanggapan Pakar Unair

Lutfi juga berpesan kepada Indonesia untuk tidak terhegemoni strategi politik Malaysia yang ingin mendominasi Asean dengan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN.

Dia menegaskan, Indonesia perlu mendesain dan merancang strategi tersebut.

"Hanya, terkait bahasa Indonesia atau bahasa Melayu yang akan dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN, ini yang menjadi masalah. Bagaimana caranya agar bahasa tersebut dapat diterima oleh negara-negara anggota ASEAN," terang dia.

Sejarah bahasa Indonesia

Koordinator Mata Kuliah bahasa Indonesia itu menjelaskan, bahasa Melayu benar menjadi dasar dari bahasa Indonesia.

Beberapa alasan bahasa Melayu menjadi dasar bahasa Indonesia adalah bahasanya yang sederhana, suku yang memakai bahasa tersebut berada di daerah lalu lintas pelayaran dan perdagangan.

Namun, Luthfi menegaskan bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu.

Bahasa Melayu Indonesia hanya satu dari banyaknya bahasa daerah yang berkembang di Indonesia.

Baca juga: Dokter RSA UGM: Ini Bahayanya Bila Konsumsi Suplemen Berlebihan

"Walaupun dasarnya bahasa Melayu, tetapi perkembangannya mengakomodasi 718 bahasa lain (bahasa daerah Indonesia) dan adaptasi dari bahasa asing juga kuat banget. Banyak istilah asing diserap," tukas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com