Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2022, 15:37 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Di setiap momen lebaran Idul Fitri, masyarakat Indonesia memiliki tradisi mudik ke kampung halaman. Tahun ini diperkirakan jumlah pemudik mencapai 85 juta orang.

Jumlah itu naik 40 persen dibanding dengan jumlah pemudik pada tahun 2019.

Baca juga: Rektor UGM Periode 2022-2027 Harus Fokus, Tidak Usah Nyambi

Melonjaknya jumlah pemudik ini disebabkan tahun ini masyarakat diperbolehkan pemerintah untuk melaksanakan mudik setelah dua tahun kegiatan mudik dilarang akibat pandemi Covid-19.

Kegiatan mudik dianggap sebagai sebagai momen di mana setiap orang membelanjakan uangnya untuk membeli pakaian baru, kue lebaran, biaya transportasi hingga tradisi bagi-bagi uang lebaran pada anak-anak hingga sanak saudara.

Tradisi mudik tentu menguras uang di kantong maupun tabungan agar bisa memeriahkan lebaran bersama sanak keluarga di kampung halaman. Akan tetapi biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.

Menurut Pakar Perencana Keuangan FEB UGM Eddy Junarsin, musim mudik lebaran umumnya jumlah pengeluaran seseorang lebih besar dibanding dengan pendapatannya selama satu bulan.

Namun begitu, pengeluaran tersebut bisa ditutupi dari hasil pemasukannya dari 11 bulan lainnya.

"Ada bulan-bulan tertentu misalnya lebaran di perayaan Idul Fitri dan musim anak masuk sekolah, pengeluaran di atas penghasilan, sehingga terjadi defisit. Namun, dihitung secara total tahunan bisa ditutupi. Karenanya perlu ada dana yang ditabung sebelumnya," ucap dia melansir laman UGM, Rabu (20/4/2022).

Menurut Eddy, dalam mengelola perencanaan keuangan yang baik perlu ada proteksi keuangan (financial protection), proteksi kekayaan (wealth protection), dan distribusi kekayaan (wealth distribution).

Meski tiga pilar ini berlaku bagi setiap orang, namun dalam praktiknya tidak mudah sesuai dengan kondisi ekonomi keuangan masing-masing.

Baca juga: Ahli Gizi UGM: Ini Bahayanya Konsumsi Telur Mentah

Untuk proteksi keuangan, merupakan kondisi keuangan dimana kita memiliki cukup uang untuk memenuhi pengeluaran bulanan.

Oleh karena itu, minimal 10 persen dari total pendapatan setiap bulannya sebaiknya ditabung. Uang yang ditabung selain bisa dijadikan dana simpanan, tapi juga bisa diperuntukan untuk kegiatan investasi.

Bahkan dana tabungan itu dijadikan untuk menutupi pengeluaran selama mudik.

"Kedisiplinan sangat penting untuk menabung," jelas dia.

Sementara untuk hutang, Eddy menyebutkan rasio hutang yang sehat itu persentasenya maksimal 35 persen dari total pendapatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com