KOMPAS.com - Menjadi lulusan termuda di kampus, bukan tidak mungkin dilakukan. Persiapan untuk bisa masuk ke jenjang lebih tinggi dengan cepat juga bisa dipersiapkan sejak duduk di bangku SMP.
Seperti Tiaranisa’i Fadhilla, calon wisudawan dari Departemen Statistika, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dinobatkan menjadi wisudawan termuda yang berhasil menyandang gelar sarjana di usia 19 tahun 3 bulan.
Gadis yang akrab disapa Tiara ini dapat lulus sarjana di usia cukup belia karena awal mengenyam bangku pendidikannya sudah dimulai lebih dini.
Baca juga: Unik, Suami Istri Ini Raih Gelar Doktor dan Wisuda Bersama
Pada umur 3,5 tahun ia sudah terdaftar di sekolah Taman Kanak-kanak (TK), lalu saat usia 5,5 tahun langsung mengenyam bangku pendidikan dasar di SD Sukorame 1 Kediri.
Wisudawan asal Kediri ini bercerita, ketika melanjutkan jenjang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mulai mencicipi program akselerasi yang ditawarkan.
Dengan sistem program 4 Sistem Kredit Semester (SKS), ia memersingkat waktu belajar yang mulanya tiga tahun menjadi dua tahun.
Tiara pun sempat merasa apa yang dilaluinya mempunyai ritme yang lebih cepat daripada teman-teman lainnya.
“Karena saya ambil program tersebut, jadi kurang bisa mengeksplor maksimal kegiatan di luar akademik, tapi untungnya waktu itu saya sempat ikut (kegiatan) jurnalistik,” tutur alumnus SMPN 4 Kediri dilansir dari laman ITS.
Berbekal pengalaman semasa SMP, Tiara tak kapok untuk mengambil program percepatan kembali.
Kala itu, SMA 2 Kediri membuka program serupa dan dari hasil tes, gadis berhijab ini pun lolos dan berhasil lulus SMA di tahun 2018.
Tidak seperti sebelumnya, Tiara waktu itu sempat menikmati masa berharganya di SMA. Pasalnya, ia dapat aktif mengikuti ekstrakulikuler yang diinginkan karena dirinya termasuk yang telah memenuhi kualifikasi di program tersebut.
Baca juga: Ingin Berkarir di BI? Ini 5 Kriteria yang Dibutuhkan
Ia mengungkapkan jika sempat ikut pramuka yang kegiatannya cukup padat. Menurutnya, semua bisa dinikmati asalkan bisa membagi waktu dengan seimbang.
“Karena walau momen emas di SMA saya cepat bukan berarti saya tidak bisa merasakannya dengan teman-teman yang lain, dan di lain hal tentu akademik tetap menjadi nomor satu,” tegas gadis kelahiran 1 Desember 2002 ini.
Motivasinya untuk menjadi siswi akselerasi waktu itu datang dari sang kakak. Karena saat itu kakaknya mengikuti program serupa dan mampu menjalaninya dengan baik.
Di sisi lain, ia ingin meringankan beban dan dapat dukungan orang tuanya. Dari hal tersebutlah, ia mantap bertekad untuk menjadi pembelajar tercepat di angkatannya.