Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Elpiji Naik, Pakar Unair: Perlu Operasi Pasar Berkala

Kompas.com - 26/03/2022, 06:53 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menaikkan harga elpiji non-subsidi tabung 5,5 kilogram dan 12 kilogram per 27 Februari 2022.

Harga elpiji non-subsidi di pasaran melesat naik hingga menyentuh lebih dari Rp 200.000. Kondisi ini tentu membuat masyarakat makin "menjerit" karena sebagian besar harga bahan pokok juga mengalami kenaikan menjelang bulan Ramadhan.

Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Rudi Purwono memberikan pendapatnya mengenai kondisi ini.

Menurut dia, besarnya pasokan elpiji impor di Indonesia mengakibatkan harga dalam negeri melonjak naik.

Baca juga: Amankah Mengonsumsi Pisang Saat Perut Kosong? Ini Kata Guru Besar IPB

Hal tersebut salah satunya lantaran perang antara Rusia dan Ukraina. Sanksi ekonomi dunia yang diberikan kepada Rusia membuat pasokan gas Rusia terganggu.

"Komoditas gas ini juga dijadikan strategi Rusia untuk membela diri atas sanksi dari negara lainnya. Oleh sebab itu, ada kenaikan harga gas secara keseluruhan di pasar dunia," terang Rudi Purwono seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (26/3/2022).

Kenaikan harga elpiji berdampak pada pelaku UMKM

Rudi menerangkan, kenaikan harga elpiji yang cukup tinggi dalam waktu singkat ini akan berdampak pada pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terlebih pada sektor bisnis makanan.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini menjelaskan, ada dua kemungkinan yang dapat diambil para pelaku UMKM dengan adanya kondisi ini.

Yakni dengan menaikkan harga jual produk dan menderita kerugian sebagai kompensasi kenaikan harga elpiji tersebut.

"Selain UMKM, tentu kenaikan harga ini akan membebani masyarakat. Khususnya rumah tangga dengan pendapatan menengah ke bawah," tuturnya.

Baca juga: Siswa, Lakukan Langkah Ini jika Mengalami Kekerasan Seksual

Rudi menambahkan, menyambut Ramadhan biasanya konsumsi elpiji mengalami peningkatan. Kenaikan harga yang terjadi dapat memicu masyarakat beralih dari elpiji non-subsidi ke elpiji subsidi. Bahkan tidak menutup kemungkinan masyarakat melakukan penimbunan.

"Hal ini akan menimbulkan moral hazard (penyimpangan moral)," tambahnya.

Terapkan operasi pasar berkala

Rudi mengungkapkan, kenaikan harga elpiji sulit dihindari. Kondisi ini terjadi karena ada kenaikan pada harga bahan baku. Karena itu, pemerintah perlu melakukan operasi pasar secara berkala di berbagai titik. Pengawasan penetapan harga barang juga perlu dilakukan hingga tingkat terkecil.

"Alternatif solusi untuk mengontrol harga adalah mendekati pembeli akhir dengan melakukan operasi pasar murah," ungkapnya.

Ia juga berpesan kepada pemerintah untuk memberikan stimulus bagi UMKM yang tedampak kenaikan harga elpiji tersebut.

Baca juga: 7 Jenis Teknik Arsiran serta Penjelasannya, Siswa SMK Yuk Belajar

Selain itu, Rudi juga mengimbau agar masyarakat untuk tidak panik dan tidak menimbun elpiji. Pasalnya pemerintah akan berupaya untuk meredam kenaikan harga.

"Untuk elpiji, pemerintah harus melakukan inovasi agar dapat mengurangi ketergantungan bahan baku elpiji dari impor," tandas Rudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com