Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem Makarim Tekankan Pentingnya Revitalisasi Bahasa Daerah

Kompas.com - 03/03/2022, 12:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tidak hanya dikenal sebagai negara kepulauan, Indonesia juga punya bahasa yang sangat banyak. Bahkan terbanyak kedua di dunia karena punya 718 bahasa.

Di era yang serba moderen ini penting sekali semua untuk berkewajiban melindungi bahasa daerah.

Hal ini juga tertera dalam UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa menghormati dan memelihara bahasa daerah merupakan upaya menjaga kekayaan budaya nasional.

Baca juga: Kurikulum Merdeka Diluncurkan, Mendikbud: Ini Lebih Sederhana

Meski demikian, konservasi dan revitalisasi merupakan upaya perlindungan terhadap bahasa dan sastra daerah agar tidak segera mengalami kepunahan.

Merdeka Belajar Episode 17

Terkait hal itu, Kemendikbud Ristek meluncurkan Merdeka Belajar Episode 17 yang bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah pada Selasa (22/2/2022).

Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Endang Aminudin Aziz, stigma bahwa penggunaan bahasa daerah dianggap tidak keren menyebabkan masyarakat enggan memakainya dan membuat bahasa daerah terancam punah.

"Kepunahan bahasa salah satunya dipengaruhi dengan sikap bahasa para penutur jati," ujarnya dikutip dari laman Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, Selasa (1/3/2022).

Tak hanya itu, ada yang mengira bahwa dengan berbahasa daerah maka itu artinya sama dengan menunjukkan diri sebagai orang kampungan, tidak keren, dan tertinggal.

"Sikap seperti inilah yang paling kuat menjadi penyebabnya. Akibatnya para orang tua, remaja, dan anak-anak tidak lagi menggunakan bahasa daerahnya sehingga akhirnya bahasa itu memasuki fase kritis dan akhirnya punah," terang Aminudin Azis.

Baca juga: Badan Bahasa Kemendikbud Ristek Buka Lowongan Kerja Penerjemah

Identitas sebuah bangsa

Sementara Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim menyampaikan bahwa esensi dari bahasa lebih dari sekadar sekumpulan kata, namun bahasa merupakan identitas sebuah bangsa.

Nadiem menyakini masyarakat bahwa bahasa itu bukan hanya sekumpulan kata, tetapi sebenarnya itu bagian daripada identitas sebagai bangsa.

"Itu adalah khazanah kekayaan kita. Kekayaan terbesar kita adalah kebinekaan kebudayaan kita di Indonesia. Itu adalah kekayaan terbesar kita," ungkap Nadiem.

Sementara kepunahan bahasa berarti kehilangan identitas dan juga kebinekaan. Mendikbud Ristek kembali mengingatkan kepada seluruh masyarakat bahwa kelestarian bahasa menjadi tanggung jawab bersama.

"Kalau bahasa-bahasa daerah kita punah berarti kehilangan identitas, kehilangan kebinekaan. Kita hilang bukan hanya sejarah, kita hilang semua jenis kearifan lokal yang ada," imbuh Nadiem.

Sedangkan pada program revitalisasi ini, Kemendikbud Ristek menyasar pada komunitas tutur dalam pelaksanaan model pembelajaran dan kurikulum di setiap daerah yang melibatkan keluarga, maestro, dan pegiat pelindung bahasa dan sastra.

Setidaknya, tercatat sekitar 1,5 juta peserta didik dari 15.236 sekolah dan 38 bahasa daerah yang menjadi target utama pelestarian bahasa dan sastra.

Nantinya, siswa akan diberi kebebasan dalam memilih bahasa daerah yang ingin dipelajari sesuai minat masing-masing, serta akan ada media bagi mereka untuk berekspresi dengan bahasanya dengan acara festival baik ditingkat daerah hingga ditingkat pusat.

Baca juga: TBI Dorong Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Inggris Makin Profesional

Maka dari itu, program revitalisasi bahasa daerah harus dikembangkan secara kreatif, inovatif, menyenangkan, dan berpusat kepada peserta didik. Dengan begitu, eksistensi bahasa daerah akan tetap terlestarikan menjadi warisan budaya bangsa Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com