Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Hujan Es Terjadi? Ini Kata Peneliti ITS

Kompas.com - 27/02/2022, 11:58 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Fenomena hujan es yang melanda di beberapa daerah Indonesia menjadi perbincangan hangat sebagian masyarakat beberapa waktu lalu. 

Misalnya seperti saat hujan es melanda kawasan di Surabaya pada Senin, (21/2/2022) yang menjadi viral di sosmed dan diperbincangkan banyak orang. 

Namun, bagaimana sebetulnya hujan es ini terjadi? Apakah berbahaya atau tidak? 

Merespon hal tersebut, Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menerangkan, hail atau yang lebih dikenal dengan hujan es oleh masyarakat terjadi karena awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat besar dan gelap seperti bentuk jamur.

Baca juga: Dosen ITS: Hujan Es Berbahaya bagi Lingkungan dan Kesehatan

Awan yang sering muncul dari awal hingga di akhir musim penghujan ini dapat menyebabkan hujan es karena aliran udara ke bawah yang cukup tinggi.

"Dengan didukung suhu permukaan yang rendah, hujan yang akan turun bisa berbentuk butiran es," kata Amien melansir laman ITS. 

Selain hal tersebut, awan Cb juga dapat membawa angin puting beliung yang sangat kencang.

Menurut dia, hal ini yang memperburuk akibat dari hujan es yang kerap terjadi belakangan ini di Indonesia.

"Hujan es ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia, kondisinya semakin parah karena semakin banyak titik yang mengalami hal ini," ungkap dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyatakan perubahan iklim telah nyata terjadi di seluruh dunia.

Efeknya adalah kondisi di permukaan bumi akan semakin ekstrem jika terus dibiarkan, termasuk terjadinya angin puting beliung bahkan hujan es yang sebelumnya sangat jarang terjadi di Indonesia.

"Hal ini yang perlu mendapat perhatian serius oleh semua orang, karena hujan es termasuk buntut dari perubahan iklim tersebut," ujar dia.

Mengingat perubahan iklim yang telah terjadi, Amien memaparkan hujan es sangat berpotensi menjadi bencana alam dari yang sebelumnya hanya fenomena alam biasa.

Baca juga: Fenomena Aphelion Sebabkan Batuk? Guru Besar IPB Beberkan Faktanya

Amien menambahkan, hujan es yang berukuran besar dan lebih padat dapat membawa kerusakan bagi masyarakat seperti pecahnya kaca atau genting rumah.

"Namun, angin puting beliung yang datang bersamaan dengan hujan es yang lebih harus diwaspadai karena bersifat lebih merusak," tegas dia.

Sayangnya, hujan es yang terjadi tidak dapat diprediksi secara pasti akan terjadi kapan dan di mana, sehingga masyarakat tetap harus waspada terlebih saat musim penghujan.

Hal ini karena tidak selalu awan Cb membawa angin puting beliung dan menurunkan hujan es.

"Konstruksi harus lebih disiapkan untuk menghadapi hujan es yang disertai dengan angin puting beliung," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com