Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unair Beri Tips Cegah 'Cancel Culture' di Media Sosial

Kompas.com - 19/02/2022, 06:39 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Bagi penggemar K-Drama beberapa waktu lalu dihebohkan dengan berita skandal artis papan atas Korea Selatan, Kim Seon Ho.

Skandal atau kasus yang terjadi di Korea Selatan sering kali menyebabkan artis yang bersangkutan menerima cancel culture.

Namun Kim Seon Ho juga menjadi artis Korea Selatan yang bisa 'bebas' dari tren cancel culture berkat dukungan dari para fansnya.

Mengutip dari laman Universitas Airlangga (Unair), Sabtu (19/2/2022), cancel culture adalah bentuk boikot masyarakat kepada pribadi yang berperilaku ofensif dan tidak menyenangkan di dunia maya.

Baca juga: Referensi Daftar SNMPTN 2022, Cek 5 Jurusan Soshum Gampang Dapat Kerja

Cancel culture di dunia maya

Adanya cancel culture menyebabkan banyak pengguna akhirnya terkucilkan dan mungkin menimbulkan dampak lebih besar bagi kehidupannya.

Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Nisa Kurnia Illahiati mengatakan, pemboikotan dapat timbul akibat penyebaran hal-hal yang tidak sepenuhnya benar di media sosial dan akhirnya merugikan pihak yang diboikot.

"Sehingga saat melakukan cancel, kita sebenarnya melanggar hak seseorang untuk 'hidup' dan berbicara," kata Nisa seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (19/2/2022).

Tips menghindari cancel culture di media sosial

Nisa mengungkapkan, untuk menghindari terjadinya cancel culture yang salah sasaran, ada beberapa tips bijak dalam menggunakan media sosial sebagai sebuah teknologi, yakni:

1. Memahami bahwa pola pikir merupakan hal yang menggerakan teknologi.

"Sebelum kita mau melakukan sesuatu, kita harus membenahi pola pikir, dan memahami proses logika itu bekerja, karena teknologi hanyalah instrumen," jelasnya.

Baca juga: Djarum Buka Lowongan Kerja S1 Fresh Graduate, Buruan Daftar

2. Pentingnya pemahaman pengguna untuk tiap media yang akan digunakan.

"Medium is the message. Hal yang harus kita ingat, bahwa setiap media memiliki karakteristik dan efek yang berbeda," urai Nisa.

Dia memberi contoh, misalnya judul dan lead berita daring yang dibuat menarik, untuk memikat perhatian warganet untuk meng-klik berita atau clickbait.

Dengan mengetahui karakteristik dan efek yang ditimbulkan, pengguna media sosial diharapkan menjadi lebih mawas dan terhindar dari jebakan media.

3. Netizen menganalisa bagaimana narasi tersebut tercipta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com