Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Undip: Kenali Tanda Depresi pada Anak Saat Ikuti PTM Terbatas

Kompas.com - 30/01/2022, 15:36 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah dilakukan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Terlebih saat ini kasus positif Covid-19 varian Omicron juga terus meningkat.

Bagi masyarakat, hal ini menjadi suatu hal yang dilematis. Di satu sisi anak butuh pembelajaran langsung bersama para guru namun di sisi lain juga khawatir anaknya terpapar virus corona selama mengikuti PTM terbatas.

Oleh karena itu, banyak persiapan yang harus dilakukan saat anak hendak mengikuti PTM terbatas.

Tidak hanya persiapan secara fisik agar daya tahan tubuh anak tetap fit selama mengikuti PTM terbatas. Tetapi juga butuh persiapan mental saat mengikuti PTM terbatas.

Baca juga: Pakar Unair Ungkap Prediksi Masa Depan Bisnis NFT

Anak perlu beradaptasi ikuti PTM

Kepala Program Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Natalia Dewi Wardani mengatakan, tidak sedikit anak dan orangtua yang khawatir perihal PTM di tengah kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron.

Kekhawatiran ini dilatarbelakangi karena tingkat kepatuhan anak usia di bawah 11 tahun terhadap protokol kesehatan (prokes) masih di bawah 100 persen.

Dia menekankan, komunikasi antara anak, guru, dan pihak sekolah sebaiknya cukup intens dilakukan sehingga anak merasa aman. Natalia mengungkapkan, ada beberapa anak mempunyai sikap berbeda terhadap diadakannya PTM. Beberapa anak merasa senang bertemu dengan teman sebaya dan gurunya.

Namun beberapa anak lainnya telah menyesuaikan diri dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di rumah mereka masing-masing. Sehingga justru merasa kewalahan dengan lingkungan sosial yang baru. Hal ini tentunya ini akan mempengaruhi proses pembelajaran.

Baca juga: Tips Menjaga Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan, Siswa Yuk Coba

Natalia mengungkapkan, meskipun PTM biasanya baik untuk kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan, mungkin perlu beberapa saat bagi siswa untuk beradaptasi kembali.

"Sebetulnya anak-anak itu takut, tapi anak itu bisa memiliki emosi yang belum dewasa dan untuk memproses emosi dengan cara sehat itu mereka butuh waktu," ungkap Natalia.

Tanda depresi pada anak saat ikuti PTM terbatas

Dengan bimbingan yang baik dari lingkungan sekolah, dari guru dan dari orangtua, harapannya anak-anak akan bisa menyesuaikan proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Hal ini bertujuan agar mereka bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan lancar. Natalia menjelaskan, ada beberapa tanda depresi pada anak-anak saat PTM dimulai, yakni:

  • Anak-anak akan menarik diri dari lingkungan sosialnya
  • Ada gangguan terhadap makanannya atau kecemasan tentang makan.
  • Anak menunjukkan keadaan stres dan keluhan fisik misalnya sakit perut.
  • Anak akan terlihat menjadi tegang atau ketakutan di lingkungan sosial.

Baca juga: 4 Universitas Negeri di Malaysia dengan Biaya Pendidikan Terjangkau

Natalia menerangkan, ada beberapa cara untuk mengurangi rasa khawatir dan kecemasan pada orangtua saat anaknya mengikuti PTM terbatas, yakni dengan memastikan jadwal PTM. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Coba menanyakan kepastian jadwal kepada guru, ini cara yang bagus untuk mengurangi rasa kecemasan bagi anak-anak.
  • Diskusikan dengan guru bagaimana jadwal hariannya.
  • Bicarakan tentang fleksibilitasnya.
  • Komunikasikan bagaimana sekolah akan meninjau jadwal PTM untuk melihat apakah itu berhasil atau perlu diubah.

"Selain itu, bisa juga menanyakan ke guru jadwal cadangan jika PTM harus kembali ke Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena kasus Covid-19 yang meningkat," urai Natalia.

Diskusi antara guru dan orangtua

Natalia menambahkan, ada beberapa tips untuk anak-anak dalam menghadapi PTM, yaitu dengan selalu mendiskusikan dengan orangtua dan guru mengenai kondisi dan perasaan saat menjalani PTM berlangsung.

Apabila dalam PTM ada rasa takut atau kecemasan, anak-anak perlu berkomunikasi dan mencari dukungan dari orangtua atau guru. Orangtua atau guru akan melakukan segala upaya untuk menjaga anak-anak tetap aman dan nyaman.

Baca juga: Calon Mahasiswa, Simak Syarat, Cara Daftar dan Keunggulan KIP Kuliah

Orangtua juga perlu menghindari memberi rasa jaminan aman yang berlebihan dan membatasi rasa kekhawatiran yang berlebihan.

"Pasti aman, tidak ada yang sakit di sekolah dalam satu bulan ke depan. Itu contoh jaminan yang berlebihan dan perlu dihindari. Yakinkan kepada anak-anak bahwa kebijakan yang diterapkan di sekolah akan menyesuaikan dengan jumlah kasus dan peraturan pemerintah," pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com