Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RS UNS: Lakukan Hal Ini bila Menemukan Pasien Henti Jantung

Kompas.com - 28/01/2022, 06:50 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Kabar duka datang dari artis senior sekaligus anggota DPR RI Indonesia Nurul Arifin. Putri sulungnya, Maura Magnalia Madyaratri, meninggal dunia pada usia yang belum genap 28 tahun, Selasa (25/1/2022).

Anak pasangan Nurul Arifin dan Mayong Suryo Laksono ini meninggal karena sudden cardiac arrest atau henti jantung mendadak.

Menurut dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto, kasus henti jantung yang dialami Maura biasanya disebabkan faktor genetik atau keturunan.

Habibie mengatakan, kasus henti jantung yang terbanyak adalah gangguan aktivitas listrik jantung. Ini bisa mengakibatkan gangguan irama fatal yang membuat seseorang pingsan hingga berujung pada kematian.

"Kalau terminologi henti jantung jelas fatal. Karena saat terjadi henti jantung otomatis fungsi jantung sebagai pompa darah keseluruhan tubuh akan terhenti," terang Habibie, dikutip dari laman resmi UNS, Jumat (28/1/2022).

Baca juga: Dokter RSND Undip: Perbaikan Gizi Kunci Cegah Stunting dan Obesitas

Beda henti jantung dan serangan jantung

Terkait penuturan Nurul Arifil yang menyebut Maura tidak tidur dan kondisi tubuhnya drop, Habibie menyampaikan, dua hal ini bisa memicu perangsangan aktivitas sistim saraf simpatis.

Hal ini memang bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas kelistrikan jantung dan akan berujung pada gangguan irama jantung yang sifatnya fatal. Sementara itu, jika dilihat dari perbedaan henti jantung dan serangan jantung, Habibie menyebut keduanya adalah hal yang berbeda.

"Serangan jantung adalah terminologi yang digunakan untuk kejadian tersumbatnya pembuluh darah koroner yang mendadak yang biasanya mengakibatkan nyeri dada hebat," ungkap Habibie.

Baca juga: Referensi SNMPTN 2022, Ini Jurusan Sepi Peminat di UI, UGM dan ITB

Dia menerangkan, henti jantung biasanya diakibatkan karena gangguan irama yang fatal dan bisa disebabkan berbagai hal. Seperti serangan jantung, faktor genetik atau keturunan, hingga gagal jantung. "Dan henti jantung biasanya lebih mematikan dibanding serangan jantung," kata Habibie.

Henti jantung di usia muda kasus yang sangat jarang

Dia mengungkapkan, henti jantung di usia muda sebenarnya merupakan kasus yang sangat jarang, apalagi jika berkaitan dengan gangguan irama.

Beberapa penyakit genetik atau keturunan yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak, diantaranya Sindrom Brugada, Sindrom Long QT, dan kardiomiopati hipertrofik.

Baca juga: 4 Tips Sukses Budidaya Ikan dalam Ember ala Dosen Unpad

Karena henti jantung adalah masalah kesehatan yang serius, maka cara penanganannya pun tak boleh disepelekan.

Habibie menyampaikan, bila menyaksikan korban mengalami henti jantung mendadak, bisa meminta bantuan tim medis atau dibawakan alat Automatic Electrical Defibrillator (AED) yang sudah banyak tersedia di tempat umum, seperti bandara dan pusat perbelanjaan.

Cara penanganan henti jantung

Ia menambahkan, sambil menunggu bantuan datang, orang yang menemukan pasien henti jantung bisa memberikan bantuan hidup dasar berupa pijat jantung luar atau resusitasi jantung.

Langkah ini disebut Habibie sangat penting bagi anggota masyarakat untuk memahami cara-cara bantuan hidup dasar. Habibie juga meminta, para pemangku kepentingan agar menyediakan AED sehingga dapat membantu korban dengan henti jantung mendadak.

Baca juga: Intip Kisah Alumnus UNS Bisa Berkarier di Boeing Commercial Airplanes

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com