Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Kurikulum Prototipe Vs Layangan Putus

Kompas.com - 21/01/2022, 11:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Titien Suprihatien | Guru SMPN 11 Batanghari, Jambi

KOMPAS.com - Hampir dua tahun pandemi melanda, selama itu pula proses pembelajaran merasakan dampaknya.

Segala cara, segala teknik, dan berbagai strategi pembelajaran tanpa tatap muka atau tatap muka terbatas pun telah dicoba. Namun tentu saja hasilnya tidak bisa dikatakan sempurna.

Pemerintah kemudian menghadirkan “Kurikulum Prototipe” sebagai salah satu pilihan kurikulum yang bisa diterapkan satuan pendidikan mulai tahun ajaran 2022/2023. Tujuannya untuk membantu pemulihan pembelajaran. Lalu bagaimana sekolah menerapkannya?

Kurikulum untuk memulihkan pembelajaran

Semua elemen sekolah, guru, siswa, dan orang tua gelisah. Menjadi gamang dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang kurang sangkil.

Bagaikan layangan putus, sebagian materi hilang terbawa arus. Sekadar belajar melewati bab demi bab kurang mangkus karena keterbatasan ruang dan waktu yang tersedia.

Kehadiran kurikulum prototipe diharapkan mampu memulihkan pembelajaran dengan lebih cepat. Satu dari banyak hal baru yang ada dalam kurikulum paradigma baru ini adalah keleluasaan yang diberikan kepada sekolah dalam menerapkan model pembelajaran kolaboratif dan asesmen kolaboratif lintas mata pelajaran.

Asesmen lintas mata pelajaran tersebut dapat berupa penilaian sumatif dalam bentuk penilaian berbasis proyek.

Pada kurikulum prototipe, dalam satu tahun pelajaran, siswa sekolah dasar minimal dapat melakukan dua kali penilaian proyek. Sedangkan pada siswa SMP, SMA maupun SMK dapat dilakukan minimal tiga kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran.

Penerapan penilaian berbasis proyek lintas mapel

1. Kolaborasi IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Keterampilan

Contoh penerapan Tugas proyek pada mata pelajaran IPA adalah membuat model organ. Deskripsi dari proses hingga laporan proyek diintegrasikan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia.

Baca juga: Seperti Ini Penerapan Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak

Laporan pembuatan model organ tersebut bisa dikonversikan ke tulisan fiksi sains dalam bentuk cerita pendek. Penentuan desain dan skala, ketelitian dan perhitungannya kebutuhan bahan yang digunakan akan menjadi bagian dari penilaian proyek matematika.

Keterampilan dan inovasi dalam memanfaatkan bahan baku limbah dan mengolahnya menjadi karya yang berguna akan klik dengan mata pelajaran keterampilan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com