Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah di Bandung Sambut Baik Penerapan Kurikulum Prototipe

Kompas.com - 18/01/2022, 09:03 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kunjungan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim ke salah satu Sekolah Penggerak di Kota Bandung, berbuah manis.

Banyak sekolah di Bandung yang sudah dan siap menerapkan kurikulum prototipe. Kurikulum prototipe merupakan upaya pemerintah dalam menciptakan perubahan dalam pengembangan karakter dan pola pikir siswa.

Melalui kurikulum prototipe, kata Menteri Nadiem mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

Baca juga: Banten Siap Implementasikan Kurikulum Prototipe

“Dengan kurikulum ini, kita ingin menciptakan perubahan pada anak yang memiliki kemampuan berkolaborasi, kemampuan berpikir kritis, belajar berdebat, dan membuat inisiatif-inisiatif sesuai dengan kebutuhannya,” terang Menteri Nadiem di SMPN 2 Kota Bandung, pada Senin (17/1/2021) dilansir dari laman Kemendikbud.

Di sisi lain, kurikulum prototipe memberi fleksibilitas dan ruang besar bagi kearifan lokal, sehingga setiap satuan pendidikan dapat menunjukkan karakter dan keunikannya masing-masing.

"Ini adalah kesempatan bagi bapak dan ibu guru untuk melakukan perubahan, jadi mohon untuk tidak disia-siakan,” ujar Menteri Nadiem.

Senada dengan itu, Kepala SMPN 2 Kota Bandung, Erni Kusniati menuturkan sekolahnya telah menerapkan kurikulum prototipe untuk siswa didik kelas VII.

“Kurikulum prototipe ini memberikan kemerdekaan kepada sekolah untuk menerapkan sistem pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sekolah. Tujuan pembelajarannya diserahkan ke sekolah,” urai Erni.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Buka Rekrutmen 8.000 Guru Penggerak Angkatan 6

Melalui kurikulum ini, tutur Erni, sekolahnya mengedepankan project-based learning agar bakat dan kompetensi siswanya dapat dikembangkan.

"Kurikulum ini kami mengedepankan proyek. Anak-anak sangat antusias menyambutnya. Bahkan siswa kelas 8 dan kelas 9 yang masih menerapkan kurikulum 2013 walaupun disederhanakan mereka ingin pembelajarannya berbasis proyek karena menyenangkan,” ujarnya.

Melalui kurikulum ini juga, tambah Erni, para siswa menjadi memiliki tantangan untuk mengembangkan karakternya hingga terbentuk profil Pelajar Pancasila.

“Anak-anak mengaku menjadi lebih bertanggung jawab dan memiliki banyak teman, karena mereka berkolaborasi. Itu karakter yang tumbuh pada anak,” tuturnya.

Sebagai sekolah penggerak yang ditetapkan pada 30 April 2021, SMPN 2 Kota Bandung telah mengimbaskan ke sekolah-sekolah lain yang belum menerapkan kurikulum prototipe.

“Sekolah kami bersama sekolah penggerak lainnya di Kota Bandung telah mengajak sekolah lain untuk turut menerapkan kurikulum ini dan turut menjadi sekolah penggerak,” ujar Erni.

Dengan menjadi sekolah penggerak, banyak tantangan yang harus dikembangkan terutama dalam hal digitalisasi sekolah.

Baca juga: Kurikulum Prototipe 2022, Kemendikbud Fasilitasi Kepsek dan Guru Pelatihan

“Para guru mau tidak mau harus sudah melek IT (Ilmu Teknologi). Sekarang teaching at the right level (mengajar sesuai kebutuhan siswa). Jadi sekolah sudah harus mengakses siswanya, mengetahui gaya belajar, hobi, dan sebagainya,” urai Erni.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Hikmat Hidayat berharap lebih banyak satuan pendidikan di Kota Bandung bisa segera menjadi sekolah penggerak.

“Program ini sangat bagus. Saya ingin semua sekolah di Kota Bandung menjadi sekolah penggerak. Saat ini, di Kota Bandung sudah terdapat empat sekolah penggerak pada jenjang SD, dan sembilan sekolah pada jenjang SMP,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com