Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Unair: 4 Karakteristik Varian Omicron Beda dengan Lainnya

Kompas.com - 31/12/2021, 16:13 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia pertama kali ditemukan pada Kamis (16/12/21).

Sejak saat itu, jumlah kasus varian Omicron di Indonesia terus bertambah setiap harinya.

Baca juga: 10 Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi QS WUR 2021-2022

Epidemiolog FKM Unair, Laura Navika Yamani mengatakan, terdapat empat karakteristik virus Covid-19 varian Omicron yang membedakan dengan varian lainnya.

Mari kita pahami keempat karakteristik varian Omicron, sebagai berikut:

1. Daya tular varian Omicron lebih meningkat dibanding Delta

Laura mengungkapkan sejak varian Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, dalam kurun waktu satu minggu saja, kasus Covid-19 di sana mengalami peningkatan sebanyak 2-3 kali lipat.

Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa varian Omicron perlu diwaspadai.

Karena, daya tularnya lima kali lebih cepat bila dibandingkan dengan varian Delta.

Baca juga: Biaya Kemoterapi Mahal, Dosen Vokasi Undip Kembangkan Jahe Antikanker

"Virus Covid-19 varian delta daya tularnya tujuh kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan virus yang pertama kali muncul di Wuhan, sedangkan Omicron lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta. Jadi bisa dibayangkan bagaimana berbahayanya varian omicron ini," ucap Laura melansir laman Unair, Jumat (31/12/2021).

2. Tingkat keparahan varian Omicron lebih rendah

Laura juga mengungkapkan varian Omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan varian Delta.

Tetapi, sambungnya, yang perlu digaris bawahi adalah ketika varian omicron memiliki daya tular yang lebih cepat dan tidak ada langkah antisipasi lebih awal.

Sehingga banyak orang yang terinfeksi maka akan berisiko terjadi penularan yang lebih luas.

Baca juga: UNS Kukuhkan Guru Besar Termuda Usia 37 Tahun

"Apabila tidak dibendung maka kasusnya akan semakin banyak dan mungkin bisa menyebabkan fasilitas kesehatan overload. Ketika fasilitas kesehatan penuh, maka penanganan pasien bisa terlambat sehingga keparahan penyakit pasien meningkat atau bahkan bisa menyebabkan kematian," ungkapnya.

3. Deteksi varian Omicron gunakan PCR-SGTF

Dia menjelaskan, sebelumnya jika ingin mengetahui seseorang tertular virus Covid-19 varian yang mana, maka harus menggunakan tes dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).

Namun untuk saat ini, jika ingin mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus Covid-19 varian Omicron maka harus menggunakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan S Gene Target Failure (SGTF).

"Jadi memang pemerintah telah menyiapkan metode tes terbaru yakni menggunakan PCR-SGTF agar deteksi kasus Covid-19 varian omicron bisa dilaksanakan dengan cepat," tutur dia.

Baca juga: Berkat KIP Kuliah, Anak Bertalenta Tak Ragu Pilih Perguruan Tinggi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com