Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurikulum Prototipe Mendapat Dukungan Komisi X DPR, Ini 5 Alasannya

Kompas.com - 30/12/2021, 09:11 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mendukung opsi penerapan kurikulum prototipe yang digagas Kemendikbud Ristek.

Kurikulum prototipe ditawarkan Kemendikbud Ristek sebagai pilihan bagi sekolah dalam mengatasi kehilangan pembelajaran atau learning loss dan mengakselerasi transformasi pendidikan nasional.

Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda dalam kesempatan "Lokakarya Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran", di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (27/12/2021) menyatakan dukungannya atas kurikulum prototipe ini.

Berikut beberapa pertimbangan mengapa Komisi X memberikan dukungannya terhadap penerapan kurikulum prototipe atau kurikulum 2022 ini:

1. Bentuk adaptasi dan inovasi

Syaiful Huda menilai, kurikulum 2022 atau kurikulum prototipe merupakan adaptasi dan inovasi yang diperlukan agar dapat bertahan di tengah perkembangan zaman, di mana salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia.

“Sikap terbaik kita adalah beradaptasi dan melakukan terobosan inovasi di dunia pendidikan kita karena disrupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung kepada peserta didik kita di semua jenjang. Salah satu opsi dari adaptasi adalah melakukan pembaruan kurikulum kita,” ujar Ketua Komisi X DPR. 

Baca juga: Kurikulum Darurat Permudah Guru dan Orangtua Dampingi Anak Belajar

2. Langkah pembaharuan

Syaiful Huda melanjutkan, ada beberapa pertimbangan mengapa kurikulum perlu disempurnakan. Beberapa kali ia berdiskusi dengan pakar penyusun kurikulum dan akhirnya berkesimpulan paradigma konservatif dalam kurikulum jika disandingkan perkembangan dunia maka tak lagi relevan.

“Semangatnya, kita mencari terobosan dan kita beradaptasi. Kami dengan Kemendikbudristek mengambil pemberlakukan kurikulum ini adalah opsional," ungkapnya.

"Kita tidak bisa memegang paradigma konservatisme di dunia pendidikan kita karena dinamika di internal dan eksternal di dunia pendidikan kita melampaui apa yang kita prediksi termasuk yang dipikirkan oleh pakar perumus kurikulum 2013,” tegas Syaiful Huda.

“Sehingga mau tidak mau kita harus gunakan pembaruan-pembaruan. Ini adalah bagian dari risiko langkah terobosan yang harus cepat-cepat kita ambil jika tidak, kita akan tertinggal,” lanjut Syaiful Huda memberi penekanan.

3. Kurikulum 2013 padat dan banyak

Kurikulum 2013 menurutnya adalah kurikulum yang padat konten dan bermuatan sangat banyak.

“Dalam dunia disrupsi, jika kurikulum banyak konten dan muatannya, kita tidak bisa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendalami sesuatu dari kecenderungan bakat mereka. Padahal kita sedang menciptakan generasi yang kompeten,” tegasnya.

4. Melahirkan lulusan berkompetensi

Ia mengingatkan bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah masing-masing peserta didik memiliki kompetensi yang mumpuni.

Individu terbaik, menurutnya, adalah mereka yang menguasai sesuatu secara mendetil hingga ke ‘akarnya’. Dengan kurikulum prototipe, dimungkinkan ruang improvisasi guru diperlebar sehingga guru dapat mengakselerasi dan mencari model terbaik dalam pembelajaran.

“Kurilulum Prototipe ingin mengurangi konten. Hal ini supaya anak-anak lebih memahami tentang suatu hal lebih detil,” jelasnya.

Baca juga: Ada 3 Opsi Kurikulum Nasional, Satuan Pendidikan Diberi Otoritas Penuh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com