Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaprodi Farmasi Ma Chung Ungkap Efek Samping Pengobatan Hipertensi

Kompas.com - 24/12/2021, 18:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.

Hipertensi dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah. Setidaknya, orang dewasa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, termasuk tekanan darah setiap lima tahun sekali.

Penderita hipertensi atau penyakit darah tinggi ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dan menurut riset, hipertensi menyumbangkan sekitar 9,4 juta kematian per tahun di Indonesia.

Dilansir dari Kemkes.go.id, jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

Baca juga: Pakar IPB: Ini Cara Alami Obati Tekanan Darah Tinggi

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur.

Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula.

Sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi.

Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.

Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Namun, penanganan pengobatan pasien Hipertensi ternyata bisa menghasilkan efek samping.

Baca juga: Mahasiswa Brawijaya Buat Body Lotion Daun Kelor Cegah Covid-19

Hal itu, diungkapkan Ketua Program Studi Farmasi Universitas Ma Chung, Martanty Adhitya.

“Terapi terhadap pasien hipertensi menghasilkan beberapa efek samping, dan ini ada dalam penelitian kami yang telah dipublikasikan antara lain adanya gangguan tidur, batuk kering, dan lain sebagainya,” tambah Martanty, dilansir dari rilis Ma Chung.

Oleh karena itu, tenaga kesehatan harus melakukan pemantauan efek samping, terutama pada pasien wanita dengan usia 56-60 tahun.

“Karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat antihipertensi harus mendapatkan perhatian khusus, maka sebagai pengabdian kepada masyarakat, kami memberikan penyuluhan kepada para tenaga kesehatan, khususnya tenaga kefarmasian, agar mereka dapat melakukan monitoring terhadap efek samping obat hipertensi,” tambahnya.

Melihat fakta di lapangan, pihaknya sebagai perguruan tinggi terpanggil untuk memberi perhatian khusus, terlebih bagi tenaga kefarmasian untuk memberi edukasi pada penderita hipertensi.

"Khususnya dalam hal penanganan dan monitoring efek samping terapi, yang kadang malah memperparah kondisi si pasien,” jelasnya.

Baca juga: Beasiswa Guru Training ke Jepang 2022, Tunjangan Rp 17 Juta Per Bulan

Karena itu, pihaknya juga terlibat mengedukasi melalui webinar mengenai “Peningkatan Pengetahuan Hipertensi dan Peran Tenaga Kefarmasian dalam Pemantauan Terapi Penderita Hipertensi” secara daring beberapa waktu lalu. 

"Ini adalah bentuk nyata bagaimana Universitas Ma Chung menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, di mana ilmu bisa kami terapkan dan bagikan kepada siapa sana dan di mana sana, sekaligus merupakan bentuk kepedulian kami untuk menghasilkan tenaga kefarmasian yang etis dan bertanggung jawab,” tambahnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com