Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Psikologi UMM: Dua Cara Redakan Stres untuk Tenangkan Hati

Kompas.com - 15/12/2021, 16:49 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stres dan depresi merupakan hal umum yang dialami oleh manusia. Namun jika tidak mendapat penangan yang baik, hal ini akan memburuk dari waktu ke waktu. Bahkan dapat mengganggu kondisi fisik seseorang.

Untuk mengatasi hal tersebut, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudanian menjelaskan bahwa stres adalah reaksi fisik dan batin yang dialami seseorang ketika menghadapi suatu ancaman.

Sementara itu, depresi adalah emosi negatif yang terjadi secara terus menerus hingga bertumpuk-tumpuk.

“Sebenarnya stres adalah kondisi yang wajar dialami oleh manusia karena hal ini adalah reaksi alami tubuh dalam merespon ancaman. Sisi positif dari stres adalah membuat kita waspada dengan beragam keadaan. Lain halnya dengan depresi, jika terjadi berkepanjangan bisa mengganggu aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari,” kata dosen Fakultas Psikologi tersebut dilansir dari laman UMM.

Baca juga: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia

Lebih lanjut, Hudan menuturkan bahwa stres dan depresi bisa dialami oleh berbagai kalangan usia. Pembeda antara masing-masing jenjang usia berkisar pada penyebab stres dan depresi yang dialami.

Bagi anak-anak dan remaja, biasanya stres diakibatkan oleh lingkungan keluarga yang tidak mendukung.

Beberapa contohnya adalah keluarga yang tidak harmonis, perubahan hormon saat pubertas, dan ketidakmampuan diri dalam mengekspresikan emosi.

“Karena hal tersebut peran orang tua sangat penting. Utamanya untuk mendampingi anak-anak dalam mengelola emosi di setiap jenjang usia. Salah satu hal yang bisa dilakukan para orang tua adalah dengan membuat anak terbuka akan masalah yang dihadapi. Upaya yang patut dicoba adalah dengan menjadi sahabat dengar yang baik.,” ungkap Hudan.

Baca juga: Psikolog UGM: Ini Pertolongan Pertama pada Penderita Depresi

Ada dua tahap yang bisa dilakukan seseorang dalam menangani stres. Kedua hal tersebut meliputi emosi fokus dan problem fokus.

Ketika seseorang tertimpa masalah atau ancaman, tubuh akan mengeluarkan emosi seperti marah atau keinginan untuk menangis.

Setelah itu, akan ada perasaan lega dalam diri individu. Hal itulah yang dinamakan emosi fokus. Sementara problem fokus lebih ditujukan pada penyelesaian masalah penyebab stres.

“Sebenarnya meluapkan emosi untuk menangani stres bukan sesuatu yang salah. Namun hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah," ujar Kepala Bimbingan Konseling (BK) UMM itu.

Ia mengatakan perlu adanya keberanian dalam diri individu untuk menghadapi ancaman yang melandanya agar stres tidak bertumpuk menjadi depresi. 

Baca juga: Psikolog Unair: Coba Praktekkan Mindfulness untuk Usir Stres

Namun jika stres dan depresi telah mengganggu kegiatan sehari-hari, Hudan menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke pihak yang profesional seperti psikiater.

“Saya tahu, masyarakat menganggap bahwa orang yang ke psikiater adalah mereka yang gila. Padahal anggapan itu sangatlah salah. Lebih baik mengetahui kondisi mental kita dan menanganinya daripada gangguan tersebut semakin parah,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com