Oleh: Ahmad Syaiful Bahri (spesialis Komunikasi Tanoto Foundation Jambi)
KOMPAS.com - Survei kesiapan sekolah menghadapi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang dilakukan Tanoto Foundation selama Juni–Juli 2021, memunculkan data sebanyak 95 persen orangtua dan guru mendukung anak-anak kembali ke sekolah.
Survei ini dilakukan pada 7.013 orang responden yang terdiri dari kepala sekolah, guru, orang tua, termasuk siswa dari 842 sekolah mitra Program Pintar Tanoto Foundation yang tersebar di 25 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.
Survei yang dirilis tersebut mencakup indikator pemenuhan daftar periksa sekolah untuk PTM terbatas, perencanaan guru dan kepala sekolah terhadap PTM tebatas yang di dalamnya terdapat kurikulum, metode, penjadwalan, dan vaksinasi.
Data tersebut menunjukkan bahwa orang tua dan siswa berkeinginan PTM terbatas dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dan para guru yang telah divaksinasi.
Namun, data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 27 September 2021 menunjukkan banyak sekolah yang belum siap dalam menjamin keamanan kesehatan siswa.
Termasuk hanya 1 dari 2 sekolah menyatakan ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan.
Lebih dari 50 persen orangtua meragukan kesiapan guru untuk memfasilitasi penerapan pembelajaran campuran. Hanya 1 dari 4 guru menggunakan kurikulum darurat (khusus) yang dianjurkan oleh Kemdikbudristek.
Baca juga: Definisi dan Keuntungan Blended Learning, Mahasiswa Perlu Tahu
Tiga dari empat guru mengharapkan pengembangan skill profesional tentang Strategi, Metode dan Model Pembelajaran Campuran (Blended Learning).
Kini, ketika pemerintah sudah membuka kembali PTM, apa yang harus dilakukan oleh guru agar pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Menyiapkan materi pembelajaran oleh guru di saat akan menerapkan blended learning juga merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Agar siswa tidak bosen guru harus dapat memilah dan memilih mana yang digunakan kapan untuk online dan offline.
Dengan pembagian tersebut akan membuat siswa tidak merasa bosan dan merasa tertantang dengan apa yang diberikan oleh guru.
Misalnya menyiapkan materi video untuk siswa yang memilih belajar melalui online.
Lalu di saat bersamaan dengan siswa yang hadir di kelas, mereka untuk berdiskusi mengenai video yang ditonton.
Memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan pendapat dan kesimpulan apa yang dilihatnya.