Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Orang Ini Rentan Kena TBC Menurut Dokter RSA UGM

Kompas.com - 27/11/2021, 12:34 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Melansir data yang dikeluarkan Kemenkes RI pada tahun 2020, jumlah kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia.

Menyikapi hal itu, Dokter Spesialis Paru RSA UGM, Ahmad Fikri Syadzali mengungkapkan beberapa kondisi orang yang rentan terkena TBC.

Baca juga: Jelang La Nina, Pakar UGM Minta Waspadai Banjir dan Tanah Longsor

Pertama, orang yang berusia tua. Semakin tua usia seseorang maka risiko terkena TBC juga semakin besar. Kedua, orang dengan tingkat pendidikan rendah.

Fikri mengatakan, orang dengan tingkat pendidikan rendah juga memiliki risiko tinggi terkena infeksi TBC.

"Itu (berdasarkan) hasil penelitan," kata Ahmad melansir laman UGM, Sabtu (27/11/2021).

Fikri menjelaskan, menurut hasil penelitian orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung tidak aware serta tidak ingin mengetahui informasi terkait penyakit TBC tersebut.

Mereka cenderung tidak penasaran kepada informasi seperti bagaimana cara penyakit tersebut bisa menular, macam-macam gejalanya, dan lain sebagainya.

Begitu pula dengan pengetahuan terkait cara menghadapi penyakit TBC tersebut.

Fikri mengungkapkan banyak orang tidak mengetahui bahwa pengobatan TBC tersebut sebetulnya gratis, termasuk untuk obat-obatanya karena telah dibiayai oleh pemerintah.

Akibat hal itu maka orang-orang kemudian enggan untuk memeriksakan atau mengobati dirinya ke dokter dengan alasan biaya pengobatan yang sangat mahal.

Baca juga: Ke IPB, UNP Siapkan Diri Jadi PTN-BH di 2022

Selain dua hal di atas, faktor lainnya yaitu orang dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah, orang dengan penyakit daya tahan tubuh menurun dan perokok.

"Orang-orang dengan ekonomi menengah kebawah cenderung memiliki rumah yang tidak mempunyai fentilasi rumah yang bagus, pencahayaan yang kurang, lembab dan lain sebagainya. Kuman penyebab TBC sesungguhnya hidup di tempat yang lembab, gelap serta berpencahayaan yang kurang seperti itu," ungkap dia.

Lebih jelasnya TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh micro-bakteri tuberculosis. TBC tersebut menularnya melalui droplet (percikan) dari mulut.

"Ketika kita batuk, kita dapat mengeluarkan lebih kurang 3.000 droplet. Bersin bisa mengeluarkan sampai 1 juta droplet. Lalu, setiap droplet yang dikeluarkan tersebut diketahui bisa mengandung 1-5 kuman penyebab TBC," jelas dia.

Fikri mengatakan untuk mencegah dari penyakit TBC tersebut, maka perlu menjalankan pola hidup sehat, memakai masker, dan menggunakan etika ketika batuk dan bersin.

Lalu mencuci tangan setelah batuk dan bersin tersebut, tinggal dirumah dengan fentilasi udara dan pencahayaan yang bagus sebab salah satu yang dapat membunuh kuman TBC adalah cahaya matahari.

Baca juga: Wakil Rektor Minta Lulusan UGM Tidak Lupakan Kampus

"Jika sudah terkena TBC maka harus minum obat sesuai anjuran dokter, dan segera periksakan diri ke dokter jika berkontak dengan orang yang terkena TBC," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com