Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang La Nina, Pakar UGM Minta Waspadai Banjir dan Tanah Longsor

Kompas.com - 25/11/2021, 06:14 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - La Nina adalah fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat sehingga berdampak terjadi pergerakan massa di kawasan tersebut termasuk Indonesia dan Asia Tenggara dengan membawa banyak uap yang menghasilkan hujan dengan intensitas yang lebih tinggi.

Saat ini Indonesia sedang mengalami musum penghujan. Adanya La Nina ditambah musim penghujan justru meningkatkan peluang terjadinya hujan yang cukup tinggi.

Baca juga: Pakar UGM: Ini Penyebab Asam Lambung Naik

Menjelang akhir tahun ini, Indonesia diprediksi akan menghadapi La Nina. Sehingga akan berdampak bagi bencana banjir dan tanah longsor.

Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat harus waspada akan dampak bencana tersebut.

Menurut Pakar Iklim dan Bencana UGM Emilya Nurjani, dampak yang dirasakan adanya La Nina ini adalah hujan yang cukup tinggi bahkan di beberapa tempat menghasilkan hujan ekstrem di atas 100 mm/hari.

Dengan begitu dapat menimbulkan beberapa bencana antara lain banjir, longsor yang biasa disebut sebagai bencana Hidrometeorologis.

Meski La Nina merupakan fenomena iklim dengan siklus tahunan per 2, 3, 5, 7 tahunan sekali.

Namun, bukan hanya La Nina saja, bila ada siklon, maka potensi curah hujan yang turun di wilayah Indonesia akan tinggi dan berisiko menciptakan bencana.

"Siklon juga menambah bencana gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai," ucap dia melansir laman UGM, Rabu (24/11/2021).

Dia memperkirakan hampir semua wilayah indonesia terkena dampak La Nina, tapi dengan tingkat risikonya tidak sama.

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Pendidikan, UNS Rangkul Bangor University

Bila terjadi siklon maka mempunyai potensi dampak hingga wilayah 500 km dari pusat siklon dan karena siklon terbentuk di lautan, dampak langsung memang bagi wilayah pesisir.

"Wilayah lain yang masih terpengaruh oleh jarak dari pusat siklon juga akan terpengaruh," kata dia.

Untuk wilayah-wilayah yang rawan memiliki potensi banjir dan longsor, sambung dia, seharusnya sudah melakukan mitigasi saat BMKG mulai mengeluarkan prediksi.

Setiap ada curah hujan lebat, penduduk sudah harus melakukan evakuasi ke tempat yang aman yang sudah disediakan oleh pemerintah setempat.

"Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor sehingga cepat diketahui. Tetapi kalau di wilayah tersebut sudah ada alat alarm bencana longsor maka diikuti saja bunyi sirine bencananya," jelas dia.

Menanggapi kebijakan pemerintah yang akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina dengan cara mengurangi volume air, dia menegaskan langkah itu tidak begitu efektif.

Sebab, kondisi banyak waduk dan bendungan sekarang ini, posisi ketinggian airnya sudah di titik terendah kecuali waduk-waduk besar.

Baca juga: Wakil Rektor Minta Lulusan UGM Tidak Lupakan Kampus

"Apalagi yang mau dibuang? Kalau prinsip saya, volume waduk tidak dibuang semua, tetapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi, dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan. Begitu hujan tinggi maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com