Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/11/2021, 20:46 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim hadir secara daring pada sesi diskusi kebijakan umum sidang umum The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) ke-41.

Nadiem Makarim bersama 193 delegasi dari berbagai negara anggota membahas bidang-bidang yang menjadi mandat UNESCO, yaitu pendidikan, sains, kebudayaan, serta komunikasi dan informasi.

Baca juga: Nadiem Makarim Minta Korban Kekerasan Seksual di Kampus Buka Suara

Di bidang pendidikan, Mendikbud Ristek menyampaikan transformasi pendidikan melalui Merdeka Belajar.

Di masa pandemi Covid-19, Nadiem juga menyampaikan kurikulum darurat yang digunakan satuan pendidikan.

Tak lupa, penyediaan kuota gratis internet bagi peserta didik dan tenaga pendidik.

"Kemendikbud Ristek mengeluarkan berbagai kebijakan melalui Merdeka Belajar untuk menyiapkan generasi muda menuju Indonesia yang unggul," ucap dia melansir laman Kemendikbud Ristek, Rabu (17/11/2021).

Dia juga menyampaikan terkait pengangkatan satu juta guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan penguatan pada pendidikan vokasi.

"Kerangka SDGs 2030 juga digunakan untuk bidang budaya, ilmu pengetahuan, komunikasi, dan informasi," ungkap Nadiem Makarim.

Baca juga: Nadiem Minta Perguruan Tinggi Terbuka Bila Terjadi Kekerasan Seksual

Untuk diketahui, Indonesia merupakan negara pertama yang memiliki indeks pembangunan budaya sebagai ukuran perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk memanfaatkan aset budaya Indonesia.

Melalui peluncuran Indonesiana TV, Kemdikbudristek menyiapkan sebuah saluran TV budaya sebagai media kolaboratif bagi seniman untuk dijadikan wadah karyanya.

Untuk siklus nominasi Memory of the World 2022 hingga 2023, kata Mendikbud Ristek, Indonesia akan mengajukan tiga nominasi, yakni arsip Soekarno, arsip KTT Pertama Gerakan Nonblok, dan Naskah Hikayat Aceh.

Sebagai negara mega biodiversitas terbesar kedua di dunia, Indonesia mengakui komitmen nasional terhadap pengelolaan hutan lestari membangun penyerap karbon pada tahun 2030 yang diwujudkan dalam berbagai program UNESCO.

Yakni, dari Man and Biosphere, Global Geopark, hingga situs World Heritage.

Baca juga: Nadiem Makarim: Kekerasan Seksual di Kampus Sudah Tingkat Pandemi

Menandai peringatan UNESCO ke-75, Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar menyatakan, sidang umum yang berlangsung di Paris pada 9-24 November 2021, Indonesia akan mengambil beberapa keputusan penting, termasuk adopsi tentang etika kecerdasan artifisial dan sains terbuka (open science).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com