Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nadiem: Siswa SD dan PAUD Paling Butuh Pembelajaran Tatap Muka

Kompas.com - 01/10/2021, 10:04 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menyebut, siswa di tingkat SD dan PAUD menjadi yang paling membutuhkan Tatap Muka Terbatas (PTM) terbatas.

Ia mengungkap kekhawatiran karena masih sedikitnya sekolah yang menyelenggarakan PTM Terbatas walau sudah boleh melakukannya.

"Saya lebih khawatir bahwa hanya 40 persen dari sekolah kita yang melakukan PTM terbatas. Jadi, ada 60 persen sekolah kita yang sebenarnya sudah boleh melakukan PTM, yang belum melakukannya," ungkap Nadiem dalam keterangan pers terkait hasil rapat terbatas secara virtual di Jakarta, seperti dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek.

Baca juga: Siswa DKI Belum Terdaftar KJP Plus Tahap 2 Tahun 2021? Lakukan Ini

Menurutnya, kondisi tersebut lebih mengkhawatirkan daripada kemungkinan akan terjadinya klaster di sekolah, karena strategi pengendalian yang diterapkan pemerintah saat ini jauh lebih baik.

Lebih lanjut Nadiem menjelaskan, berdasarkan sejumlah penelitian, risiko learning loss akibat pembelajaran jarak jauh yang kurang optimal sangat mengancam masa depan bangsa Indonesia dan berdampak permanen pada anak.

"Apalagi di tingkat SD dan PAUD, di mana mereka paling membutuhkan PTM. Kalau sekolah-sekolah ini tidak dibuka, dampaknya bisa permanen," tutur Nadiem.

Strategi pengendalian Covid-19 yang lebih aktif

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) siap berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk penerapan strategi pengendalian Covid-19 yang lebih aktif.

Ada sejumlah langkah yang dilakukan. Pertama adalah memastikan pelaksanaan tes acak di satuan pendidikan. Kemudian, integrasi aplikasi PeduliLindungi pada satuan pendidikan untuk menghasilkan data yang valid.

Baca juga: Sekolah Pelita Harapan Buka Beasiswa bagi Siswa Se-Indonesia, Senilai Rp 33 Miliar

“Kami sangat mendukung program ini yang secara proaktif akan menemukan dan secara statistik akan mencapai level akurasi yang tinggi untuk menunjukkan apakah kita patut khawatir apa tidak,” disampaikan Nadiem.

Dengan data surveilans yang lebih baik, Nadiem menegaskan untuk menutup sekolah-sekolah penyelenggara pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan kasus terkonfirmasi positif (positivity rate) di atas lima persen.

"Secara klinis dan secara statistik jauh lebih valid, jauh lebih jelas sasarannya, dan tidak merugikan (sekolah yang bisa menjaga disiplin protokol kesehatan)," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa masyarakat harus belajar hidup berdampingan dengan pandemi.

"Kita tangani, jadi manajemen risikonya harus bagus," ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah akan mengubah strategi menjadi strategi pelacakan kasus secara aktif (active case finding). Di mana sebelumnya, pelacakan menargetkan kepada orang-orang bergejala, maka ke depan akan diubah menjadi lebih aktif melakukan pelacakan kontak (contact tracing) dan surveilans (survei).

Baca juga: Cara Cek Siswa Penerima Kartu Indonesia Pintar untuk SD-SMA

"Kita akan lakukan testing sekitar 1,7 juta per bulan, atau sekitar 30 ribu orang per hari," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com