Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Universitas Brawijaya Olah Kulit Durian Jadi Krim Obat Jerawat

Kompas.com - 27/09/2021, 19:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah kulit di wajah, yang paling sering dikeluhkan remaja, orang dewasa, apalagi kalau bukan jerawat.

Masalah kulit yang satu ini, suka membuat penderitanya tidak percaya diri karena mengganggu penampilan. Kadang, jerawat atau acne tidak selalu muncul di wajah.

Bisa di kepala, punggung, leher, bagian atas dada, dan bagian tubuh lainnya. Jerawat terjadi ketika folikel rambut atau tempat tumbuhnya rambut tersumbat oleh minyak dan sel kulit mati.

Hal tersebut menyebabkan peradangan serta penyumbatan pada pori-pori kulit yang ditandai dengan munculnya benjolan kecil yang terkadang berisi nanah di atas kulit.

Baca juga: 8 Kampus Terbaik Indonesia 2022 yang Lulusannya Cepat Dapat Kerja

Sebenarnya, banyak obat-obatan yang dibuat bisa mengatasi jerawat. Namun, ada banyak obat-obatan yang dijual bebas tidak mengandung bahan alami dan justru dibuat dari bahan berbahaya.

Daripada menggunakan bahan berbahaya, sebetulnya alam sendiri sudah memiliki banyak tanaman yang dipercaya bisa mengatasi berbagai penyakit termasuk jerawat.

Seperti yang dilakukan lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) membuat krim anti jerawat dari bahan dasar alami yang unik. Mereka, membuat krim yang dikombinasikan dengan bahan dasar limbah kulit buah durian.

Krim anti jerawat berbahan dasar limbah kulit buah durian dinilai lebih efektif dengan daya hambat sebesar 18,1 mm dibandingkan produk di pasaran yang mengandung tree tea oil dengan daya hambat sebesar 15,8 mm.

"Selain didukung dengan kemampuan daya hambat yang tinggi, kulit buah durian memiliki senyawa antibakteri seperti flavonoid, saponin, tannin, terpenoid, dan alkaloid,” kata Nur Khasanah, dilansir dari laman UB.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Obat Herbal Penurun Asam Urat

Nur mengerjakan penelitian ini bersama kawannya yakni Putri Ayu M, Annindea Erza N, Dzurrotin Qurrota A, dan Dita Rahmaningtyas dibawah bimbingan Zubaidah Ningsih AS.

Ia menjelaskan, pengobatan jerawat yang umum dijumpai adalah pengobatan yang diberikan dengan cara dioleskan pada kulit (pengobatan topikal) dan pengobatan yang diberikan dengan cara dikonsumsi seperti obat (pengobatan sistemik).

Pengobatan yang diberikan secara oles pada kulit memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan pengobatan yang diberikan secara oral, karena hal tersebut dapat menimbulkan resistensi antibiotik di dalam tubuh.

Sehingga untuk mendukung pengobatan secara oles dibuatlah krim anti jerawat melalui sebuah teknologi bernama nanoemulsi.

Teknologi nanoemulsi yang terdiri dari fase minyak dan air dengan ukuran droplet <200 nm serta luas permukaan yang besar ini dapat memberikan efek hidrasi.

Sehingga meningkatkan permeabilitas kulit dalam penetrasi obat dan mengurangi risiko peradangan jerawat. Suatu teknik yang mendukung teknologi nanoemulsi ini adalah teknik mikrofluidisasi.

Baca juga: Beasiswa S2 Stanford University 2022, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com